SAKATA.ID:- Sedikitnya 6 Anak jalanan di wilayah kota Ciamis diamankan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Ciamis, Selasa (21/7/2020).
Satpol PP berhasil membawa 6 anak jalanan yang sedang tidur dan dianggap menganggu masyarakat, di wilayah perkotaan Ciamis.
Keberadanaan anak jalanan atau biasa disebut anjal ini, kendati belum memperlihatkan keonaran, namun masyarakat melaporkan perilaku sosial anjal ini meresahkan dan takut menular ke anak-anak mereka.
BACA JUGA : Bupati Ciamis: Angkutan Barang Harus Lewati Lingkar Selatan
“Ada yang pas kami amankan mereka sedang tiduran saja di Alun-alun Ciamis, ada juga yang sedang ngamen di lampu merah,” kata Yudi.
Mereka yang diamankan mendapatkan bimbingan dan pembinaan, serta ditanya asal-usul dan orangtuanya. Pihak Satpol PP akan memanggil orangtua Anjal tersebut.
Selain mencegah gangguan ketertiban umum, salah satu alasan penertiban juga untuk mencegah penularan perilaku sosial Anjal kepada anak-anak sekolah lain.
Kenapa Anak Jalanan Muncul dan Ada di Sekitar Kita ?
Banyak kasus yang melatarbelakangi perilaku anjal. Tidak selalu penyebabnya adalah kemiskinan ekonomi. Kemiskinan moralitas, kuang baik interaksi di keluarga, broken home dan sebagainya.
Itu yang kemudian mendorong mereka untuk membuat kelompok sendiri, dan kelompok itu beraktifitas di jalan. Sehingga pengistilahan untuk kelompok mereka disebut anjal.
Rasa bersaing mereka cukup rendah, namun mereka ingin membuktikan bahwa mereka bisa beratahan hidup. Maka muncullah kegiatan mengamen, bersih-bersih kaca mobil dan sebagainya.
Bahkan mereka ingin memperlihatkan bahwa dengan modal apa yang ada di dalam dirinya bisa mendapatkan uang. Mereka bahkan ngamen saja bisa dengan modal tepuk tangan tanpa gitar.
Peran Orangtua Sangat Penting Membawa Kembali Anak Jalanan ke Keluarga
Perialu sosial ini, bisa cepat menular kepada anak-anak lainnya terutama yang sebaya. Karena itulah penertiban mereka dengan cara memberikan pembinaan dan memanggil orang tuanya
Orangtua mereka dipanggil tidak hanya untuk menjemput, tetapi juga diberi pembinaan untuk bisa lebih berinteraksi dengan anaknya.
Diharapkan mereka kembali ke rumahnya. Kembali menjalani kehidupan dengan baik bersama keluarga mereka.
“Kekhwatiran terbesar adalh penularan perilakunya. Bisa saja mereka mengajak anggota baru dari kalangan pelajar. Apalagi sekarang, tidak ada aktifitas belajar disekolah sehingga mereka rawan terbujuk ajakan komunitas jalanan ini,” kata Yudi.(HM/02)*