Internasional, SAKATA.ID: Pemilihan umum atau Pemilu di Palestina selalu tertunda karena terhambat oleh izin dari Israel.
Hal tersebut mendapat perhatian negara di Eropa seperti Jerman. Pemerintah Jerman berjanji akan membantu Palestina dengan mengucurkan dana 100 juta euro untuk Palestina.
Informasi ini dikutip SAKATA dari Republika pada Kamis 16 September 2021.
Bahwa, bantuan dana ini akan digunakan untuj membiayai proyek di jalur Gaza dan di wilayah tepi barat, termasuk Yerusalem.
Pedana Menteri Palestina Mohamed Shtayyeh menyampaikan terima kasih kepada Jerman atas bantuan tersebut.
Menurut Shtayyeh, Berlin juga sangat konsisten dalam mendukung hak-hak rakyat Palestina.
Dukungan Jerman terhadap rakyat Palestina untuk memperoleh kemerdekaan diniali besar dan konsisten dilakukan Jerman.
Dia juga berharap negara-negara di Uni Eropa yang dianggapnya sebagai teman ikut membantu layaknya Jerman.
Masyarakat internasional pun, harapnya, bisa membantu untuk menekan Israel supaya mengizinkan pemilu diadakan di semua wilayah Palestina, termasuk di Yerusalem.
Sementara itu, Oliver Owcza sebagai utusan khusus Jerman untuk Palestina, , memuji hubungan historis serta bilateral antara negaranya dan Palestina.
Ia mengungkapkan, Jerman mendukung penyelesaian konflik antara Israel danPalestina melalui mekanisme solusi dua negara.
Menurutnya, negara Jerman juga mendukung penyelenggaraan Pemilu di Palestina, termasuk di wilayah yang sedang diduduki Israel.
Israel Masih Menolak Pemilu Palestina
Namun, baru-baru ini penolakan pembentukan negara Palestina juga muncul dari pihak Israel.
Seperti yang diutarakan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett. Ia mengatakan bahwa pihaknya menolak dengan tegas pembentukan negara Palestina.
Penolakan itu dinilainya sangat wajar. Karena ia menilai apabila terjadi pemilu dan negara Palestina terbentuk adalah sebuah kesalahan mengerikan.
“Saya menentang negara Palestina,” kata dia sebagaimana disiarkan media Israel, Kan pada Selasa (14/9/2021).
Dia pikir, lanjutnya, bahwa apabila terjadi pembentukan negara dan penyelenggaraan pemilu, menjadi kesalahan mengerikan.
Dia menegaskan bahwa dirinya pun enggan untun bertemu Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
Bennett mengaku, kalau pihak Israel belum bisa menerima langkah Palestina yang menggugat pasukan negaranya ke Mahkamah Pidana Internasional atau ICC di Den Haag.
Kata ‘teroris’ yang dilontarkan Bennet dalam pernyataannya merujuk pada kelompok Hamas yang saat ini mengontrol Jalur Gaza.
Ia mengungkapkan bahwa moto dari kelompok Hamas itu adalah memerangi negaranya sampai akhir. Karenanya, ia berkomitmen untuk selalu menghadapi setiap ancaman dari kelompok Hamas.