Regional, CIAMIS: Para alumni SMPN Buniseuri, Kabupaten Ciamis memperlihatkan solidaritas dan kepeduliannya, mereka dengan bersatu untuk membantu teman-teman yang sedang mengalami kesulitan.
Aksi ini menjadi bukti nyata bahwa semangat kebersamaan masih tetap hidup di kalangan alumni sekolah tersebut.
Salah satu bentuk bantuan yang diselenggarakan Alumni SMPN Buniseuri 1987 ini adalah memberi berbagai bantuan dan melakukan perehaban bangunan yang ditinggali teman seangkatan, Kang Maman (53), hingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Ketua Alumni SMPN Buniseuri 1987 Asep Junta mengaku, dirinya sangat terenyuh dan merasa sedih saat mendapat informasi teman satu angkatannya menjalani kehidupan dengan kondisi perekonomian yang sangat memprihatinkan.
Apalagi, Maman mengalami kebutaan saat bekerja 5 tahun yang lalu dan harus tinggal dalam gubug sempit tidak layak untuk ditinggali. Rumah Maman berada di Dusun Desa Blok Panyaweuyan, Desa Buniseuri, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis.
“Berangkat dari keprihatinan itu, kami keluarga besar alumni SMPN Buniseuri 1987 langsung berinisiatif membantu dengan mengumpulkan dana alakadarnya. Untuk membantu kang Maman,” ujar Asep.
Ia berharap, bantuan yang ini bisa bermanfaat untuk Kang Maman. Meski begitu, masih ada yang masih harus dierjakan setelah tempat tinggalnya beres direnovasi, tapu sarana jamban masih belum tuntas.
“Kami pikirkan untuk membangun jambannya,” imbuh Asep.
Maman adalah anak laki-laki dari ibu yang bernama Diah (74), seorang wanita buta yang melalui kehidupan penuh kepahitan dan keteguhan.
Kondisi buta yang menutup mata fisiknya ternyata hanya sebagian kecil dari kegelapan yang pernah menghantamnya, karena Nenek Diah adalah seorang korban kekerasan dalam rumah tangga yang mengubah jalan hidupnya selamanya.
Dari cerita Ketua RW 08, Dusun Desa, Irfan pada Minggu (14/1/2024), bahwa puluhan tahun yang lalu, Nenek Diah, ketika masih hidup bersama suaminya, mengalami siksaan yang tak terbayangkan.
Katanya, kekerasan dalam rumah tangga menjadi bagian dari keseharian yang menyiksa, meninggalkan bekas luka fisik dan mental yang sulit diobati.
Kondisi ini, sayangnya, tidak hanya menciptakan luka emosional, tetapi juga membawa konsekuensi yang menghancurkan-kebutaan.
Kisah Penuh Keberanian: Nenek Diah, Membangun Hidup di Antara Kegelapan dan Tantangan Berat
Kisah hidup Nenek Diah adalah perjalanan yang menggetarkan jiwa, penuh dengan ujian yang mungkin sulit dipercaya oleh banyak orang.
Dengan kondisi yang tidak bisa melihat sejak puluhan tahun yang lalu, kehidupannya dipenuhi dengan rintangan yang tak terbayangkan.
Ia harus menghadapi tanggung jawab merawat anak perempuannya, Nurhasanah (25), yang mengalami gangguan jiwa, serta anak laki-lakinya, Kang Maman, yang kehilangan penglihatan akibat kecelakaan kerja, 5 tahun lalu.
Sebagai seorang ibu, Diah memberikan cinta dan dukungan tanpa batas kepada kedua anaknya, meskipun harus melalui tantangan yang luar biasa.
“Menurut cerita, Neng Nurhasanah ini mengalami gangguan jiwa sejak dia masih berusia 17 tahun. Katanya, diduga akibat mahluk ghaib kalau Bahasa Sundanya, kasamet,” ucap Irfan.
Irfan menyampaikan, penderitaan yang dipikul Nenek Diah selama puluhan tahun tersebut kini, sedikit terobati setelah kawan-kawan Kang Maman, yang merupakan alumni SMPN Buniseuri 1987 menyambangi rumahnya.
Mereka melakukan rehab gubug yang ditinggali Kang Maman. Rumah yang tadinya tidak layak huni, sekarang menjadi layak untuk ditinggali sendirian.
Kisah Nenek Diah bukan hanya tentang penderitaan, tetapi juga tentang keberanian, ketabahan, dan cinta tanpa syarat.
Dalam keadaan sulit, ia menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi luar biasa untuk bangkit dari kegelapan dan membangun kehidupan yang bermakna.
Kisah ini, semoga menjadi inspirasi bagi kita semua untuk peduli dan membantu mereka yang membutuhkan, sekaligus menjadi panggilan untuk bersama-sama menghentikan kekerasan dalam rumah tangga.