Ragam, SAKATA.ID: Peristiwa anak berumur 6 tahun yang diduga jadi tumbal atau korban pesugihan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan menggemparkan publik.
Kenapa di zaman serba canggih ini masih ada masyarakat yang percaya pada ilmu hitam?
Peneliti Sastra dan Budayawan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Dr Sunu Wasono mengungkapkan beberapa faktor yang membuat orang percaya pada ilmu hitam.
Selain anak yang jadi korban pesugihan di Gowa, pada April 2021 lalu juga ada peristiwa hokas babi ngepet di Sawangan, Depok, Jawa Barat.
Sunu mengatakan, kepercayaan terhadap keberadaan pesugihan masih ada pada sebagian masyarakat.
Menurutnya, kepercayaan pada ilmu hitam seperti pesugihan babi ngepet agaknya sudah melekat atau mengakar di masyarakat.
Ia mengungkapkan hal itu kepada wartawan kompas dikutip pafa Kamis (29/4/2021).
Dia mengatakan, ada faktor ekonomi yang melatarbelakangi kepercayaan masyarakat mempercayai ilmu hitam. Belitan ekonomi sering membuat orang berorientasi pada dunia gaib.
Ketika orang susah mencari solusi, kata dia, mereka yang percaya pada kekuatan gaib malah terdorong untuk membangkitkan kembali mitos-mitos lama.
Masyarakat Indonesia, ujar dia, memang cenderung mengeramatkan atau mengistimewakan hewan.
Seperti kebo bule, misalnya, yang dikeramatkan di Keraton Surakarta. Masyarakat di sana meyakini hewan tersebut memiliki kekuatan gaib.
Meskipun begitu, tak dipungkiri bahwa kepercayaan-kepercayaan pada ilmu hitam dan semacam kebo bule tersebut tidak lagi relevan di masa kini.
Namun, Sunu mengungkapkan bahwa angat sulit untuk mengeliminasi suatu kepercayaan yang sudah ada di masyarakat.
Modernisasi Tak Merubah Masyarakat Jadi Rasional dan Tetap Percaya Ilmu Hitam
Sementara itu, Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sudjito mengatakan, inti jawabannya adalah di kefrustrasian sosial.
Menurutnya, modernisasi tidak secara mutlak bisa mengubah masyarakat menjadi rasional.
Ia menegaskan, orang-orang yang masih percaya kepada ilmu hitam kebanyakan menganggap kalau modernisasi ini tidak dapat mengubah nasib mereka menjadi lebih sejahtera.
Arie menegaslan bahwa hal inilah yang dinamakan kefrustasian sosial.
Hingga saat ini, lanjut dia, masih banyak orang yang lebih mempercayakan dukun untuk menyelesaikan masalah rezeki, pekerjaan, jodoh.
Bahkan dukun menjadi jalan untuk hal-hal yang berbau mencelakakan orang lain seperti santet. Yang percaya pada hal seperti ini, Arie mengatakan bahwa mereka cuma orang-orang yang menggilai cara-cara instan.