Regional, CIAMIS:– Batik Ciamisan sudah mendapat pengakuan secara Nasional. Ada masa dimana batik has Tatar Galuh ini begitu tersohor. Terbukti dengan adanya pabrik besar Koperasi Rukun Batik, dan beberapa tempat kerajinan batik tulis di Ciamis.
Masa keemasan batik Ciamisan dimulai sejak 1960-an hingga 1980-an. Waktu itu di Koperasi Rukun Batik yang berdiri sejak 1939 tercatat memiliki 421 pengrajin batik dari 1.200 pengrajin yang ada di Ciamis. Koperasi ini mampu meraih pasar dengan baik bahkan membangun pabrik besar di Jalan Soedirman Ciamis, yang saat ini menjadi areal kos-kosan.
Memasuki era 1980-an atau bertepatan dengan meletusnya Gunung Galunggung di tahun 1982 menjadi masa dimana produksi batik Ciamisan mulai menurun dan perlahan tenggelam. Saat itu pengaruh debu vulkanic menyebabkan para pengrajin kesulitan menjemur karena cahaya matahari tertutup debu.
Kendati tenggelam setelah melewati 1980-an masih terisisa satu dua unit kerajinan batik, tetapi kemudian tak lagi memiliki tenaga untuk terus berkembang. Faktornya adalah persaingan usaha yang begitu pesat dimana pabrik tekstil besar mulai hadir di beberapa kota.
Hari ini Ciamis masih memiliki kebanggan, karena ada warisan yang tersisa. Yakni corak batik tulis Ciamis. Ya, corak has ini sudah diakui Nasional. Corak yang terinspirasi dari alam, dan dedaunan. Motif rereng atau menyerupai lereng gunung berposisi miring banyak ditemui di motif batik Ciamis. Ada juga Cupat Manggu.
Beberapa sekolah masih mempertahankan bentuk has batik Ciamisan ini, namun medium prakteknya hanya diatas kanvas. Sekadar untuk mengenalkan, bahwa Ciamis memiliki corak batik sendiri dan pernah memiliki masa keemasan di masa lalu.
Di momentum Hari Batik Nasional 2 Okotober 2020, selain diwarnai pemandangan yang kurang menggambarkan kecintaan kepada batik sebagai karya sandang Indonesia, dimana masih ada ASN yang tidak memakai batik, batik Ciamisan masih tenggelam.
Batik Has Ciamis Tak Terangkat di Hari Batik Nasional
Direktur Intelegensia Institute Hernawan mengaku dia mendapatkan dua keprihatinan di momentum Hari Batik Nasional di Ciamis. Pertama keserempakan dalam menggunakan pakaian batik, kedua tidak terangkat batik Ciamisan di Hari Batik Nasional.
“Saya tidak melihat kekompokan memakai pakaian batik. Saya tidak merasakan terangkatnya batik Ciamisan pada momentum HBN,” kata Hernawan, Jumat (2/10/2020).
Batik Indonesia menurut Hernawan sudah diakui sebagai pakaian has tanah air di dunia. Dan batik Ciamisan sudah diakui di skala Nasional. Penghargaan bagi leluhur yang menciptakarya batik di tanah air dan pendahulu yang mencipta batik Ciamisan belum terpancar, Hernawan mengaku tidak mendapatkan itu di HBN.
“Lalu, yang Ciamisan kemana?, Apa mau dibiarkan tinggal nama dan hanya bisa kita banggakan sejarahnya saja?, Ini loh Ciamis juga pernah punya motif batik khusus, sudah cukup begitu,?”.
Memunculkan kembali motif batik Ciamis juga tugas pemerintah. Dan menurutnya, akan sangat bisa jika pemerintah memiliki keinginan.
“Misalnya, ASN pakaian batiknya wajib motif Ciamisan. Termasuk seragam batik sekolah di Ciamis. Tidak harus batik tulis jika sulit, cukup batik printing tapi motif batik Ciamis,” kata Hernawan.
Hal senada dikatakan Wakil Ketua DPRD Ciamis yang juga Ketua Partai Demokrat Ciamis Sofwan Ismail, dia mengatakan, sebenarnya untuk menggelorakan batik Ciamisan jika pemerintah memiliki kehendak, bukan perkara yang sulit.
“Saya kira kalau pemerintah punya kehendak tidak akan susah, mulai dari programnya, regulasinya, termasuk mensuport pengrajin dan pengusahanya. Niat pemerintahnya harus full,” kata Sofwan.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Ciamis Erwan Darmawan mengatakan surat edaran untuk menggunakan pakaian batik di HBN sudah ada. Tapi dirinya lebih mengutamakan di lingkungan Disbudpora yang langsung dibawah kepemimpinannya.
“Kalau di SKPD lain saya tidak bisa komentar, apalagi DPRD. Surat Edaran Bupati untuk menggunakan pakaian batik sudah disebar,” kata Erwan.
Erwan mengakui pada momentum HBN memang batik Ciamisan belum terangkat secara maksimal. Pakaian batik yang digunakan masih bergama coraknya, ada Cirebon, dan lain-lain, tapi bukan berarti tidak ada yang menggunakan corak batik Ciamisan. Dirinya yakin pasti ada namun tidak terdeteksi.
Merencanakan Kampung Batik Seperti Trusmi
Kepala Disbudpora Ciamis Erwan Darmawan
Erwan Darmawan mengatakan Dibudpora sudah memiliki rencana besar untuk membangkitkan kembali batik Ciamisan (motif khusus Ciamis) atau batik Ciamis (batik motif lain diproduksi di Ciamis). Pihaknya sudah membuat rancangan kawasan atau kampung batik di wilayah Cigembor mirip seperti Kampung Batik Trusmi di Cirebon.
Namun untuk mewujudkan itu, ada beberapa langkah yang harus dipersiapkan lebih dulu karena ada tantangan, yakni sumber daya pengrajin batik yang hari ini terus berkurang.
Pemerintah harus menyiapkan sumber daya pengrajin melalui program pelatihan, Disbudpora kata Erwan bisa berkolaborasi dengan Disperindag.
Tugas Disbudpora hanya memberi tahu bagaimana bentuk batik Ciamisan. Sementara dari sisi pengembangan produksinya itu ada di wilayah Disperindagkop.
“Saya dengan Indag juga akan menggelar pelatihan membatik, saya kira ini bisa jadi awal untuk kembali membangkitkan batik Ciamisan, ” kata dia.
Bahkan dia mengatakan batik Ciamisan tidak harus terjebak pada bentuk pakaian formal. Tetapi bisa diaplikasi pada pakaian santai seperti kaos. Kaos bisa didesain dengan polesan batik corak Ciamis di beberapa bagian kecil. “Nah, itu sudah dimulai di Disbudpora, kaos kita itu ada corak batiknya, walaupun di bagian tertentu tidak dominan,” kata Erwan.*