Tomat Beef Petani Muda Lembang Imbangi Volume Impor

Petani muda Tomat Beef

SAKATA.ID: Tomat Beef atau tomat besar di Indonesia masih mengandalkan impor dari luar negeri. Peluang itu mulai diimbangi dengan produksi tani yang dikembangkan petani muda Cibodas Lembang Bandung Barat Jawa Barat.

Penembangan tani tomat beef ini diprakarsa oleh Kelompok Tani Macakal. Penanaman tomat beef ini sudah tiga tahun lalu.

Bacaan Lainnya

“Tomat beef kualitas import kami tanam untuk memenuhi kebutuhan tomat, yang selama ini masih kita impor,” kata Ketua Kelmpok Tani Macakal, Triana Antri, Minggu (27/7/2020).

BACA JUGA: Terimakasih Petani, Jasamu Sangat Besar

Usia penanaman tomat besar ini membutuhkan waktu selama 75 hari atau dua bulan lebih. Dilakukan dengan metode tumpang sari di atas lahan satu hektare.

Petani setempat juga telah sukses mengekspor baby bunchis ke Singapura, opitimisti ini suata saat akan menekan jumlah impor tomat beef.

Tomat jenis ini banyak digunakan untuk pelapis burger dan biasa disajikan di restoran cepat saji di Tanah Air. Harga jual tomat ini Rp14 ribu perkilogram.

“Kita coba dengan sayuran-sayuran eksklusif dengan standar harga jual kualitas terbaik,” kata Antri.

Suport dari HIPMI untuk Petani Muda

Sementara Ketua Umum Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Mardani, mendorong para pengusaha milenial terjun langsung di bisnis sektor pertanian.

“Sektor pertanian bisa kita seriuskan dengan mengajak anak muda masuk ke sana dan memaksimalkan program pemerintah,” katanya di Jakarta.

Mardani mengatakan perkembangan teknologi dan alat mesin pertanian yang begitu pesat membuat akses bisnis semakin terbuka lebar.

Di samping itu, peluang tersebut juga bisa dimanfaatkan masyarakat untuk menerapkan konsep “family farming” dengan menjadikan lahan sempit dan pekarangan rumah sebagai lahan perkebunan hidroponik dan aereponik.

Seiring berjalannya waktu dengan berbagai macam teknologi yang ada, masyarakat perkotaan inisiatif melakukan pertanian berskala besar dengan basis komunitas seperti hidroponik dan aereponik.

“Konsep ini menurut saya bisa diterapkan di kota-kota padat penduduk karena hanya dengan memanfaatkan lahan sempit seperti pekarangan rumah. Saya kira inisiatif seperti ini sangat bagus dan perlu dikoneksikan serta dikolaborasikan dengan kebijakan yang tepat,” kata dia.(S-02)*

*sumber:antara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *