Nasional, SAKATA.ID : Sebanyak 10 bus sekolah Jakarta dari berbagai ukuran dialihfungsikan jadi transportasi evakuasi Pasien Covid-19.
Pasien yang diangkut adalah orang tanpa gejalaga (OTG). Mereka diakut untuk diisolasi ke Rumah Sakit Wisma Atlet Jakarta.
Penggunaan bus sekolah Jakarta ini lantaran kasus baru Covid-19 di Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta mengalami peningkatan.
Salah satu sopir Bus Sekolah yang sudah sampai dua dekade bekerja mengantar jemput siswa sekolah di Jakarta, Yusuf (29), kini dia membawa pasien Covid-19.
Yusuf bersama para sopir lain mendaftarkan diri untuk menjadi sopir pembawa pasien yang terinfeksi virus Corona ini.
Kesepuluh bus sekolah Jakarta itu sudah dimodifikasi. Di dalamnya, ditambahkan layar untuk melindungi sopir. Mirip dengan ambulan.
Serta, para sopir memakai peralatan pelindung lengkap atau alat pelinfung diri (APD).
Yusuf mengaku, dirinya merasa takut bertugas mengangkut pasien OTG. Tapi, katanya, dia berani melakukan itu dengan niat membantu.
Ini, kata Yusuf, bukan tentang pekerjaan, tetapi demi kemanusiaan.
Yusuf berasal dari Cirebon. Dia tidak mau pulang ke kampung halamannya selama masa Pandemi ini. Dia takut kalau pulang membawa penyakit kepada keluarganya.
Pada Jumat (24/9/2020) lalu, Satgas Penanganan Covid-19 Indonesia melaporkan kenaikan kasus terinfeksi Covid-19 selama tiga hari berturut-turut.
Selama berbulan-bulan Indonesia terus berjuang untuk membendung peningkatan penularan Covid-19. Saat ini jumlah kasus sebanyak 266.845 kasus yang dikonfirmasi dan angka kematian 10.218, salah satu yang tertinggi di Asia.
DKI Jakarta merupakan wilayah dengan jumlah terbesar penambahan kasus. Ibu Kota Jakarta bahkan sebagai pusat penyebaran virus corona ini.
Pada Mei 2020, Yusuf pernah menjadi Pasien teriveksi Covid-19. Dia diisolasi di Wisma Atlet, yang saat ini menjadi tujuan Yusuf mengangkut OTG.
Wisma Atlet adalah salah satu tempat isolasi dari sekian banyak tempat yang ditunjuk Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk jadi tempat Isolasi Covid-19.
Anies memerintahkan para OTG untuk tetap diisolasi terpusat. Agar penanganannya lebih baik ketimbang isolasi mandiri di rumah pasien.