SAKATA.ID: Pembaruan game simulator penerbangan milik Microsoft membuat banyak pesawat terbang yang masih dilarang terbang karena pandemi virus corona, namun pilot dan calon pilot akan segera dapat melakukan perjalanan secara virtual.
Dengan akses ke pemetaan satelit Bing Microsoft dan pemrosesan bertenaga cloud, pengembang asal Prancis, Asobo Studio, berusaha untuk membuat pengalaman uji coba penerbangan tersebut senyaman mungkin.
Dikutip dari laman France24, Jumat, dua pendiri Asobo bahkan telah mengambil pelajaran terbang selama empat tahun terakhir setelah studio tersebut mendapat tugas dari Microsoft untuk menggarap game — yang bermula pada 1982 — dengan pembaruan pertama pada 2006 tersebut.
“Pelajaran terbang penting (untuk memperkenalkan) sesuatu yang sensoris ke dalam permainan tersebut,” ujar salah satunya, Marcel Bossard, kepada AFP.
“Sensasi apa yang dirasakan pilot? Apa yang bisa dia dengar? Bagaimana kepalanya bergerak? Bagaimana reaksi pesawat di bawah awan dan di atas laut? Dalam simulasi sebelumnya, itu agak kaku,” kata Bossard, insinyur yang memimpin pengembangan perangkat lunak game tersebut.
Judul baru untuk game tersebut sedang dipertimbangkan. Game simulator tersebut akan hadir untuk PC pada awalnya, dengan versi Xbox akan datang selanjutnya.
Game tersebut menjadi pencapaian luar biasa bagi perusahaan pengembang game, yang didirikan oleh 12 teman main game, pada 2002 di sebuah apartemen di barat daya kota Bordeaux.
Asobo menjadi terkenal karena adaptasi video game, dari sejumlah film Pixar, termasuk “Ratatouille,” “Wall-E,” “Up” dan “Toy Story 3.”
Pencapaian penting lainnya adalah peluncuran game “A Plague Game: Innocence” pada Mei 2019, yang memenangkan banyak penghargaan industri game.
Perbedaan antara 18 tahun lalu dan sekarang “seperti belajar terbang dengan pesawat kecil dan pada akhirnya menjadi pilot Airbus”, kata Bossard.
Game Microsoft tersebut ditujukan bagi pilot, maupun amatir atau bahkan mereka yang tertarik dengan penerbangan, untuk memberikan pengalaman berlatih di dalam armada pesawat.
Kokpit, awan dan Kilimanjaro Versi 2020 memberi pengalaman terbang menggunakan mulai dari Pitts Special S2S hingga Airbus A320 Neo atau Boeing Dreamliner, dan opsi untuk terbang dari berbagai bandara di seluruh dunia melewati pemandangan kota dan formasi awan yang terperinci.
Untuk pertama kalinya, berkat teknologi Microsoft, visual penerbangan dari kokpit menjadi lebih detail.
Kemajuan perangkat lunak, dan dimulainya kecerdasan buatan, telah memberi para perancang game, kemampuan untuk memetakan dunia, dari lautan biru Karibia hingga puncak Gunung Kilimanjaro.
Pengalaman secara nyata ini diperkuat oleh data cuaca realtime dari server Bing Microsoft, yang akan memberi informasi kepada pilot virtual mengenai kondisi aktual di area penerbangan mereka, bukan awan pada umumnya.
Game tersebut sangat dinanti, terlebih pada saat pandemi seperti sekarang ini di mana orang-orang harus tetap berada di rumah dan maskapai dilarang terbang.
“Flight Simulator adalah judul yang dimainkan oleh puluhan juta gamer, ada komunitas yang telah menunggu selama beberapa tahun. Tidak ada celah bagi Microsoft untuk melakukan kesalahan,” kata pakar game Laurent Michaud.
Taruhannya bahkan lebih tinggi untuk Asobo. Peluncuran yang sukses akan menawarkan batu loncatan menuju “permainan, pendanaan dan tim yang lebih besar”, kata dia.
“Ketika ada ekspektasi tinggi seperti itu, kamu tidak bisa mengecewakan. Reputasi Asobo dipertaruhkan,” dia melanjutkan.
Perusahaan Prancis tersebut sangat menyadari gejolak yang akan datang jika upayanya gagal memenuhi ekspektasi komunitas penerbang.
Flight Simulator adalah “monumen dalam sejarah video game”, kata salah satu pendiri Asobo David Dedeine.
“Kami menerima begitu banyak pesan (dari fans) di mana-mana, dari segala usia, bahkan di dunia penerbangan di mana banyak orang ingin membantu kami,” kata dia.
“Kami sedang menyentuh sesuatu yang jauh melampaui produk,” dia menambahkan.*
Oleh: Arindra Meodia/Antara.*