Internasional, SAKATA.ID : Sebanyak 100 imam dan pengkhotbah Masjid yang ada di Makkah dan Al-Qassim dipecat Pemerintah Arab Saudi.
Kabar pemecatan 100 pemuka agama Islam sebagaimana dilaporkan surat kabar Al-Watan. Dilansir Middle East Monitor pada Jumat (18/12/2020) lalu.
Pemerintah Arab Saudi beralasan, ratusan Imam dan Pengkhotbah sinilai telah gagal dalam mengecam kelompok Ikhwanul Muslimin.
Padahal, sudah diinstruksikan sebelumnya oleh Kementerian Urusan Islam, Dakwah, dan Bimbingan setempat.
Isi instruksi itu bahwa semua imam dan penceramah harus mengkritik atau pun mengecam Ikhwanul Muslimin.
Dan, bahkan diharuskan menyalahkan kelompok itu. Dengan alasan, Ikhwanul Muslimin sebagai penyebab perbedaan dan perpecahan di dalam masyarakat.
Pada bulan lalu, kementerian tersebut mengeluarkan perintah para pengkhotbah untuk mendedikasikan khotbah Jumat.
Pengkhotbah harus mendukung pernyataan Dewan Cendekiawan Senior Saudi yang menggambarkan kelompok Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris.
Dewan itu juga menilai, kelompok Ikhwanul Muslimin tidak mewakili ajaran Islam yang sebenarnya.
Melainkan, kelompok itu hanya melayani keinginan partisannya semata.
Pada 2014, Pemerintah Saudi secara resmi menetapkan kelompok Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris
Sejak itu, organisasi itu sudah dilarang di kerajaan.
Awal mula adanya Ikhwanul Muslimin di sana pada 1950-an.
Ketika itu Arab Saudi memberi perlindungan bagi ribuan aktivis kelompok itu.
Lantaran sedang menghadapi penjara dan penindasan di Mesir, Suriah, dan tempat lain.
Tetapi, lambat laun Ikhwanul Muslimin mendapatkan pengaruh di Kerajaan Saudi.
Di Tahun 1990, terjadi invasi ke Irak dan Kuwait. Disinyalir, ada Saudi di dalam rencana invasi itu.
Hal ini membuat Ikhwanul Muslimin gusar. Hingga hubungan dengan Arab Saudi terputus.
Dan penyebab lain putusnya hubungan ini adalah keterlubatan Arab Saudi dalam invasi pimpinan Amerika Serikat (AS) ke Irak pada 2003.
Pada akhirnya Ikhwanul Muslimin menyatakan secara terbuka, dan mengkritik kehadiran militer AS di Kerajaan Saudi dan afiliasinya mencari reformasi politik.
Pemerinrah Arab Saudi dan pihak berwenang lainnya menghancurkan kampanye organisasi itu.
Segala gerakan dari Ikhwanul Muslimin dianggap merugikan dan disalahkan. Kelompok ini juga sering menyebarkan perbedaan pendapat.
Hingga pada 2002, Menteri Dalam Negeri Arab Saudi mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah ‘sumber semua kejahatan di kerajaan.’
Pada saat kudeta militer terjadi di Mesir pada 2013, ternyaya Arab Saudi juga ikut mendukung gerakan itu.
Hal tersebut membuat Menteri Pertahanan Abdel Fattah Al-Sisi menggulingkan Presiden Mohamed Morsi.
Padahal Morsi adalag yang terpilih dalam pemilu demokratis pertama di Mesir.
Morsi yang telah meninggal saat menjalani hukuman penjara, merupakan salah satu tokoh kelompok Ikhwanul Muslimin.