Nasional, SAKATA.ID: Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya sebut Nusantara merupakan singkatan dari NU, Santri, Pemerintah, dan Rakyat.
Sebelumnya, Pemerintah telah menetapkan bahwa nama untuk Ibu Kota Negara yang baru di wilayah Kalimntan Timur adalah Nusantara.
Gus Yahya mengucapkan selamat kepada Pelaksana tugas (Plt) Bupati Panajem Panser Utara Hamdan Pongrewa, lantaran Kabupaten Panajem Panser Utara terpilih sebagai Ibu Kota Negara.
“Kalau di Jawa. Orang akan bilang. Nusantara itu singkatan dari NU, Santri, Pemerintahan, Rakyat,” ujar Gus Yahya saat gelaran ‘Istighotsah dan Pencanangan Kantor PBNU’ secara virtual pada Minggu (30/1/2022).
Gus Yahya sebut, masyarakat Penajam Paser Utara dan Sepaku ini, waktu itu tidak kepikiran kalau daerahnya akan dijadikan Ibu Kota Negara.
“Tapi alhamdulillah. Tentunya daerah-daerah yang lain, yang kepingin jadi Ibu Kota Negara tidak dapat. Yang dapat malah nggak kepikiran. Yaitu PPU dan Sepaku,” katanya. “Ini juga. Menjadi misteri tersendiri buat kita,” ujarnya.
Sebagai informasi, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah meninjau langsung perkembangan proses pembangunan Ibu Kota Negara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur pada Sabtu (29/1/2022) lalu.
Dia juga memastikan perkembangan pembangunan Ibu Kota Negara berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Kunjungan dia ke wilayah yang akan dijadikan Ibu Kota Negara itu juga untuk melihat dan mendengar, serta memberikan arahan, agar bisa mengantisipasi segala bentuk gangguan yang dapat mempengaruhi progres pembangunan IKN.
Jenderal Listyo pun berharap pembangunan Ibu Kotw Negara itu berdampak pada pemerataan pembangunan dan ekonomi.
Gus Yahya dan PKB
Setelah terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Gus Yahya menegaskan NU harus mengedepankan kepentingan nasional.
Sebagaimana dikutip dari CNN bahwa dia tidak ingin NU hanya jadi alat monopoli satu warna yaitu PKB.
Ia mengatakan hal itu dalam wawancara dengan CNN TV dikutip pada Kamis (30/12/2021).
Dalam kesempatan wawancara itu, Gus Yahya berbicara soal politik dan PBNU, ia tidak ingin NU menjadi pihak dalam sebuah kompetisi politik.
Ia menegaskan, NU secara institusional atau secara kelembagaan. Tidak menjadi pihak dalam kompetisi politik. Sesuai dengan keputusan muktamar NU pada 1984 silam.