Politika, SAKATA.ID: Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya tak ingin NU jadi alat dari satu partai yakni, PKB.
Menurut dia, NU harus mengedepankan kepentingan nasional, sehingga jangan sampai dimonopoli oleh satu warna oleh PKB.
Hal tersebut dia ungkapkan dalam sebuah wawancara bersama CNN pada Kamis (30/12/2021). Dalam kesempatan itu, Gus Yahya berbicara mengenai politik dan PBNU.
Ia tak menginginkan kalau NU menjadi pihak dalam sebuah kompetisi politik. Ini sesuai dengan Muktamar NU pada 1984.
“Yang kita inginkan adalah NU tidak menjadi pihak dalam kompetisi politik. NU secara institusional, secara kelembagaan, tidak menjadi pihak dalam kompetisi politik. Itu adalah keputusan dari muktamar 1984 lalu,” ujar dia dikutip SAKATA.
Dia mengakui bahwa untuk membersihkan semua yang berbau politik dari NU akan sulit. Namun, pihaknya tetap akan berusaha dengan strategi lain.
Strategi yang akan dipakainya adalah dengan berbagi ruang dalam NU. Sehingga setiap pihak yang mungkin punya kepentingan yang berbeda-beda tetap di dalam NU, bisa saling mengontrol.
Dengan begitu, tegasnya, tidak satu pihak pun yang akan memonopoli, mengkooptasi NU untuk satu kepentingan politik sepihak.
“Dengan semuanya yang dihasilkan adalah kesepakatan bersama. Mengenai kepentingan bersama,” tegas dia.
Gus Yahya juga menyebut pengurus NU yang berkecimpung di struktur partai politik tetap ada peluang terlibat di dalam NU.
Hanya saja tidak boleh hanya satu warna karena semuanya harus dapat kesempatan. Gus Yahya tak ingin NU hanya jadi PKB.
Saat Gus Yahya berbicara soal relasi PKB dan NU. Dia menilai hubungan kedua lembaga ini begitu kuat, namun dia tak ingin NU jadi alat PKB dan dikooptasi.
“Relasi NU dan PKB alami sekali, dulu PKB sendiri diinisiasi bahkan dideklarasikan oleh pengurus-pengurus PBNU. Tetapi sekali lagi. Memang tidak boleh NU ini menjadi alat dari PKB, misalnya, atau dikooptasi oleh PKB. Itu kan nggak boleh. Ini yang harus kita jaga,” ujar Gus Yahya.