Internasional, Sakata.id: Hampir tiga tahun dipenjara, Arab Saudi telah membebaskan dua aktivis perempuan terkemuka pembela Hak Asasi Manusia (HAM).
Seperti dikutip Al Jazeera, kelompok HAM, ALQST for Human Rights, dalam sebuah tweetnya mengatakan, pembela hak asasi manusia Samar Badawi dan Nassima al-Sadah itu telah dibebaskan setelah berakhirnya masa hukuman.
Kedua aktivis tersebut ditangkap pada bulan Agustus 2018 lalu, sebagai bagian dari tindakan keras pemerintah yang meluas terhadap perbedaan pendapat secara damai.
Tidak hanya itu, sebagian besar dari mereka yang dipenjara diperkirakan berjumlah puluhan orang, berkampanye untuk hak mengemudi dan mengakhiri sistem perwalian laki-laki di kerajaan, mengharuskan kaum perempuan untuk mendapatkan persetujuan dari kerabat laki-laki untuk keputusan besar.
Pada tahun 2012, badawi telah menerima International Women of Courage Award Amerika Serikat, karena menantang sistem perwalian, dan termasuk di antara wanita pertama yang menandatangani petisi yang meminta pemerintah untuk mengizinkan para perempuan mencalonkan diri dalam pemilu lokal, memilih, dan mengemudi.
Raif Badawi Dijatuhi Hukuman 10 Tahun Penjara
Perempuan tersebut merupakan dua bersaudara anak dari Raif Badawi, seorang juru kampanye HAM terkemuka, yang dijatuhi hukuman 10 tahun penjara pada tahun 2014 atas tuduhan “menghina Islam” di blognya.
Kedua aktivis itu adalah kandidat dalam pemilu lokal 2015, seorang perempuan yang mencalonkan diri dalam pemilu untuk pertama kalinya. Mereka berasal dari Al-Sadah provinsi Qatif yang berpenduduk mayoritas Syiah, juga telah mengampanyekan hak mengemudi dan menghapuskan sistem perwalian.
Akibat dari aksi mereka, kini, namanya akhirnya dihapus oleh pihak berwenang dari daftar calon anggota dewan.
Selain itu, pada tahun 2018 lalu beberapa aktivis hak-hak perempuan yang ditangkap termasuk Mohammed al-Rabea, Ibrahim Modeimigh, Aisha al-Manea, Aziza al-Yousef, Loujain al-Hathloul, dan Eman al-Nafjan.
Otoritas Arab Saudi membenarkan penangkapan tersebut dengan mengatakan para aktivis memiliki kontak yang mencurigakan dengan entitas asing dan menawarkan dukungan keuangan kepada “musuh di luar negeri”. Meskipun pihak berwenang mencabut larangan mengemudi bagi perempuan yang telah berlangsung puluhan tahun.