SAKATA.ID: – Harga emas merosot pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor mengambil posisi jual untuk mengambil keuntungan setelah kenaikan sembilan sesi berturut-turut. Meskipun prospeknya tetap bullish dengan harga melayang di dekat rekor tertinggi.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, turun 11,1 dolar AS atau 0,57 persen, menjadi ditutup pada 1.942,30 dolar AS per ounce pada Kamis (30/7/2020). Emas berjangka naik 8,8 dolar AS atau 0,45 persen menjadi 1.953,40 dolar AS pada Rabu (29/7/2020).
BACA JUGA: Dollar AS Tergelincir Diterpa Isu Penundaan Pilpres
Harga emas berjangka terangkat 13,6 dolar AS atau 0,7 persen menjadi 1.944,6 dolar AS pada Selasa (28/7/2020), setelah berhasil menembus level psikologis 1.900 dolar AS, melonjak 33,5 dolar AS atau 1,77 persen, menjadi 1.931 dolar AS pada Senin (27/7/2020).
“Kami telah melihat penyesuaian posisi emas telah mulai menggembung tidak hanya dari sisi institusionil, tetapi baru-baru ini kami benar-benar melihat lonjakan arus ritel,” kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.
“Semua ini menunjukkan bahwa ini mungkin sama baiknya dengan yang akan didapat untuk emas untuk saat ini.”
Emas diperdagangkan mendekati rekor tertinggi Selasa (28/7/2020) pada 1.980,57 dolar AS per ounce di sesi terakhir setelah Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga tidak berubah, sementara berjanji untuk menggunakan berbagai alat selama diperlukan untuk pulih dari pandemi.
Logam non-imbal hasil, yang diuntungkan dari suku bunga rendah, naik lebih dari 28 persen sepanjang tahun ini, didukung oleh permintaan investasi yang kuat.
“Dalam jangka pendek, pasar bisa dianggap sudah overbought dan karenanya terjadi koreksi,” kata analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff, menambahkan emas saat ini sedang mengalami aksi ambil untung oleh pedagang jangka pendek.
Pada basis jangka panjang dan menengah, pasar cenderung lebih tinggi dan masih dalam posisi naik, Wyckoff menambahkan.
Departemen Perdagangan AS pada Kamis (30/7/2020) merilis sebuah laporan yang menunjukkan produk domestik bruto AS turun 32,9 persen pada kuartal kedua tahun ini, sedikit lebih baik dari yang diperkirakan. Tetapi analis pasar berpendapat bahwa ini merupakan angka terburuk dalam sejarah.
Penurunan terburuk PDB AS kuartal kedua dan cuitan Presiden Donald Trump tentang penundaan pemilihan presiden AS November memicu aksi jual di saham AS dan imbal hasil surat utang pemerintah lebih rendah.
“Orang-orang panik dan melarikan diri dari pasar ekuitas dan Anda melihat itu membebani harga logam,” kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September turun 95,9 sen atau 3,94 persen, menjadi ditutup pada 23,322 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 45,9 dolar AS, atau 4,79 persen, menjadi menetap pada 912,6 dolar AS per ounce.
*Sumber:Antara.