Internasional, Sakata.id: Akhir perdagangan pada Selasa atau hari Rabu pagi WIB, harga minyak melonjak hampir dua persen ke level tertinggi, didukung oleh ekspektasi permintaan akan pulih dengan cepat pada paruh kedua 2021.
Pengiriman pada bulan Agustus mendatang, minyak mentah berjangka Brent naik 1,13 dolar AS atau 1,6 persen ditutup pada 73,99 dolar AS per barel.
Patokan global ini tertinggi sejak April 2019, selama sesi sempat mencapai 74,07 dolar AS per barel.
Sementara pada pengiriman bulan Juli, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) bertambah 1,24 dolar AS atau 1,8 persen, menjadi menetap di 72,12 dolar AS per barel.
Sejak bulan Oktober tahun 2018 lalu, WTI mencapai tertinggi sesi 72,19 dolar AS per barel.
Pedagang minyak terbesar dunia menuturkan, pada Selasa (15/6/2021) kemarin, diperkirakan harga minyak tetap di atas 70 dolar AS per barel karena permintaan diperkirakan akan kembali ke tingkat pra-pandemi pada paruh kedua 2022 mendatang.
“Kami memperkirakan, harga minyak akan bergerak antara 70 dolar AS dan 80 dolar AS per barel untuk sisa tahun ini,” kata Kepala Eksekutif Vitol, Russell Hardy.
Hardy mengharapkan, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) menjaga disiplin pasokan, bahkan ketika ekspor Iran dapat dilanjutkan jika Amerika Serikat bergabung kembali dengan perjanjian nuklir dengan Teheran.
“Beberapa bulan lalu, kami telah mengalami penarikan-penarikan stok pasar menuju ke arah yang benar,” kata dia kepada FT Commodities Global Summit.
Harga Bisa Mencapai 100 dolar AS
Sementara itu, Kepala Eksekutif Trafigura, Jeremy Weir mengungkapkan, pada acara yang sama ada peluang bagus harga bisa mencapai 100 dolar AS per barel karena penurunan cadangan sebelum dunia mencapai puncak permintaan minyak.
Alhasil, produsen OPEC+ secara bertahap dapat melonggarkan pembatasan produksi dalam beberapa bulan terakhir ini.
“Untuk itu, keputusan OPEC+ untuk selalu berhati-hati dalam mengembalikan pasokan ke pasar, apakah ini benar-benar hati-hati atau mereka sengaja menaikkan harga minyak, telah menjadi penghela utama dalam melihat Brent 73 dolar AS per barel,” kata analis pasar minyak di Rystad Energy itu.
Berdasarkan angka dari American Petroleum Institute pada Selasa (15/6/2021), stok minyak mentah AS turun 8,5 juta barel dalam pekan yang berakhir pada tanggal 11 Juni.
Oleh karena itu, persediaan bensin naik 2,85 juta barel dan stok sulingan naik 1,96 juta barel, data menunjukkan, menurut sumber, yang berbicara dengan syarat anonim.
Sementara itu, data resmi pemerintah akan dirilis pada Rabu waktu setempat.
Kemudian, berdasarkan hasil dari analisa yang disurvei oleh Reuters, memperkirakan stok minyak mentah AS telah jatuh selama empat minggu berturut-turut, turun sekitar 3,3 juta barel pekan lalu.
Selain itu, untuk sinyal tentang kapan akan mulai mengurangi stimulus moneter, investor dan pedagang juga mengamati hasil pertemuan dua hari Federal Reserve AS yang dimulai pada Selasa (15/6/2021) kemarin.
Dalam hal ini, The Fed bersiap-siap untuk memperdebatkan bagaimana dan kapan mulai mengurangi program pembelian aset besar-besaran yang membantu mendukung ekonomi AS selama pandemi.