SAKATA.ID : 75 tahun lalu, tepatnya pada 16 Agustus 1945 dini hari terjadi peristiwa Rengasdengklok, suatu Peristiwa penculikan Soekarno dan Muhammad Hatta oleh golongan pemuda.
Golongan pemuda itu terdiri dari Soekarni, Wikana, Chaerul Saleh, dan lainnnya.
Beberapa sumber menyebut D. N. Aidit salah satu orang yang masuk di dalam golongan pemuda itu.
Sudanco Singgih menjadi pimpinan dalam penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok.
Pemuda menculik dua tokoh itu karena ingin segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Tanpa harus menunggu kemerdekaan yang dijanjikan Jepang.
Penyebab Peristiwa Rengasdengklok
Mengutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, bahwa penyebab dari peristiwa Rengasdengklok adalah perbedaan pandangan waktu. Terkait pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia antara golongan tua dan golongan muda.
BACA JUGA : PNI Layak Dicontoh Partai Politik Saat Ini
Perbedaan paham ini menyebabkan ketegangan antara golongan tua dan golongan muda.
Ketegangan bermula dari berita kekalahan Jepang yang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945.
Informasi Jepang yang menyerah kepada Sekutu diketahui oleh para pemuda, terutama yang bekerja di kantor berita Jepang.
Syahrir Mendesak
Pemuda Indonesia mendengar pidato Kaisar Hirohito tentang penyerahan tanpa syarat pada Sekutu. Salah satunya Sutan Syahrir.
Syahrir mendengar berita kekalahan Jepang dari Sekutu melalui radio gelap. Dia segera mendesak Soekarno-Hatta segera melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Ia ingin dua irang ini memproklamasikan Indonesia Merdeka tanpa menunggu izin Jepang.
Ketika itu Soekarno, Hatta, dan Rajdiman Widyodiningrat baru kembali dari pertemuan dengan Jenderal Besar Terauchi di Dalat (Saigon) Vietnam Selatan. Sutan Syahrir segera meyakinkan Hatta bahwa Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu.
BACA JUGA : Deretan Presiden Indonesia yang Lahir di Bulan Juni
Tetapi Hatta tidak dapat memenuhi permintaan Sutan Syahrir. Lantaran Hatta menilai bahwa pengumuman Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) harus melalui persetujuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) terlebih dahulu.
Kemudian Hatta mengajak Sutan Syahrir ke rumah Soekarno untuk menyampaikan berita kekalahan Jepang.
Ternyata pandangan Soekarno sama dengan Hatta. Ia belum bisa menerima maksud Sutan Syahrir.
Pasalnya, ketika itu, Proklamasi Kemerdekaan RI tidak mungkin dilaksanakan tanpa PPKI.
Soekarno juga belum yakin soal informasi kekalahan Jepang. Terlebih dia baru saja bertemu dengan Jenderal Besar Terauchi.
Diculik ke Rengasdengklok
Karena tidak puas dengan jawaban Soekarno-Hatta, pada 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIN., akhirnya golongan muda mengadakan rapat. Digelar di ruangan Lembaga Bakteriologi, Pegangsaan Timur Jakarta.
Rapat itu dihadiri Chairul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar Subadio, Margono, Wikana, dan Alamsyah.
Rapat ini menghasilkan tuntutan agar Bangsa Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaan, dengan menyertakan Soekarno-Hatta untuk menyatakan Proklamasi Kemerdekaan RI pada 16 Agustus 1945.
Kemudian pukul 22.00 WIB., dua orang pemuda yakni, Wikana dan Darwis menuju kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Mereka menyampaikan tuntutan golongan muda. Di sana terjadi perdebatan karena ada perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda, sehingga muncul ketegangan.
Tidak ada keputusan, akhirnya pada saat menjelang 16 Agustus 1945, para pemuda mengadakan rapat lagi.
Rapat ini dihadiri oleh Sukarni, Yusuf Kunto, Muwardi dari Barisan Pelopor dan Shodancho Singgih dari Daidan PETA, Jakarta Shu.
Hasil rapat memutuskan, Soekarno-Hatta diamankan ke luar kota. Tujuannya untuk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang.
Golongan muda didukung perlengkapan tentara PETA. Membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 jam 04.30 WIB.
Golongan muda memilih Rengasdengklok sebagai tujuan utama golongan muda karena letaknya yang strategis. Di sana dekat tangsi Pembela Tanah Air (PETA).
Sekitar pukul 06.30 WIB., Soekarno-Hatta tiba di kecamatan itu. Keduanya disambut meriah oleh rakyat Rengasdengklok.
Di kecamatan itu, dua orang ini diamankan di sebuah rumah seorang petani keturunan Tionghoa, Djiauw Kie Siong.
Memilih rumah Djiaw karena tertutup rimbunan pohon dan tak mencolok. Kedua tokoh itu masih berada di sana hingga sore hari.
Sesepuh PETA, Pamoe Rahardjo mengenang kejadian di Rengasdengklok, dia mengungkapkan, ketika pukul 11.00 bendera Jepang Hinomaru diturunkan oleh rakyat Rengasdengklok. Diganti bendera Merah Putih.
Setelah penaikan bendera Merah Putih pemuda bersama rakyat langsung melucuti tentara Jepang.
Keberanian para pemuda dan rakyat itu menjadikan Rengasdengklok sebagai daerah pertama negara Republik Indonesia.
Namun penculikan dan upaya penekanan oleh golongan pemuda kepada Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan RI belum berhasil.
Dibawa Lagi Ke Jakarta
Malahan, salah satu tokoh golongan tua, Soebardjo mencari keberadaan Soekarno-Hatta. Pasalnya akan segera diadakan Sidang Pertama PPKI pada 16 Agustus 1945.
Soebardjo mendesak Wikana untuk memberi tahu lokasi penyembunyian Soekarno-Hatta, tetapi Wikana menolak.
Dia menjelaskan alasan mencari Soekarno-Hatta, sangat diperlukan di Jakarta untuk diplomasi dengan Jepang.
Gerakan dan tindakan para pemuda akan mendapat balasan dari Jepang, pasalnya mereka sudah diberi ultimatum oleh Sekutu supaya tidak melakukan perubahan politik di Indonesia.
Pada akhirnya Wikana mengatakan lokasinya. Soebardjo diantar ke Rengasdengklok oleh beberapa pemuda pada 16 Agustus 1945 sore. Soekarno-Hatta berangkat dari Rengasdengklok dan tiba di Jakarta pada jam 20.00 WIB.