Nasional, SAKATA.ID : BJ Habibie telah berpulang. Namun semangat serta perjuangan bagi Tanah Air dan perjalanan dalam hidupnya akan selalu menjadi pelajaran berharga.
Hari ini, Jumat (11/9/2020) genap satu tahun Presiden ke-3 Republik Indonesia ini meninggal dunia.
BJ Habibie meninggal pada usia 83 tahun di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, karena gagal jantung.
Peringatan satu tahun wafatnya BJ Habibie akan dilaksanakan oleh kedua putranya bersama keluarga yaitu Ilham Habibie dan Thareq Habibie.
Doa bersama dan tahlilan yang direncanakan oleh mereka bertempat di Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan, sekitar pukul 19.00 WIB.
Namun rencana acara itu dibatalkan, mengingat pandemi COVID-19 belum mereda. Hal tersebut sesuai dengan kondisi darurat yang diumumkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Hal itu diungkapkan Manajer Graha Habibie Ainun Bobby Dharmistanto. Menurutnya untuk menaati protokol kesehatan doa bersama dan tahlil untuk mengenang 1 tahun wafatnya BJ Habibie dilakukan dari kediaman masing-masing.
Sementara acara di Patra Kuningan hanya untuk keluarga. Itu pun jumlahnya dibatasi. Bagi keluarga dan kerabat dekat lainnya dapat mengikuti acara melalui aplikasi Zoom yang link-nya akan dibagikan secara terbatas.
Sedangkan untuk masyarakat umum yang ingin berpartisipasi acara tahlilan dan doa satu tahun meninggalnya BJ Habibie, dapat menyaksikan dari channel YouTube Habibie Center.
Kiprah BJ Habibie
BJ Habibie bernama lengkap, Bacharuddin Jusuf Habibie. Ia lahir pada 25 Juni 1936, di Parepare, Provinsi Sulawesi Selatan.
Semasa hidupnya, Habibie memberikan jasa yang besar untuk kemajuan teknologi dan industri penerbangan Tanah Air.
Karena itu, Habibie disebut sebagai Bapak Teknologi Indonesia. Sejak ia kecil memang sudah antusias terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi fisika.
BJ Habibie menempuh pendidikan teknik di Universitas Indonesia Bandung, sekarang Institut Teknologi Bandung, pada tahun 1954.
Namun, setelah enam bulan ia memutuskan untuk melanjutkan studinya di Rhenisch Wesfalische Technische Hoschule, Jerman.
Sebelum menyelesaikan pendidikan S3 di Jerman, Habibie sempat kembali ke Indonesia.
Sesampainya di Tanah Air Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari yang merupakan teman SMA-nya.
BJ Habibie membawa Ainun pindah ke Jerman untuk menyelesaikan studi Doktornya. Selama di Jerman, Habibie sudah mulai bekerja untuk membiayai Ainun dan juga kuliahnya.
Usai meraih gelar Doktor Ingenieur atau Doktor Teknik, Habibie menjabat sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan Analisis Struktur Pesawat Terbang di Messerschmitt-Bolkow-Blohm (MBB).
Kemudian pada 1969, ia menjadi Kepala Divisi Metode dan Teknologi disana. Berkat kecerdasannya, Habibie dianugerahi jabatan Vice President, Direktur Teknologi, dan Penasihat Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB.
Pada 1968, Habibie membuka jalan untuk 40 insinyur Indonesia bekerja di MBB.
Kiprah Habibie di industri dirgantara tak perlu diragukan lagi. Selama berkarier, dirinya sukses menciptakan rumusan teori pesawat terbang.
Bebebrapa teori yang ia ciptakan diantaranya “Habibie Factor”, “Habibie Theorem”, dan “Habibie Method”. Tak hanya itu, ia juga berhasil membuat pesawat sendiri yakni R80 dan N250.
Pada 1978, Habibie melepas kariernya di MBB dan pulang ke Indonesia untuk mengabdi pada Tanah Air.
Kala itu BJ Habibie menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) serta Kedua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).