SAKATA.ID, KAB.GARUT : – Horor !, hilangnya seorang pendaki bernama Afrizal Putra Martain di Gunung Guntur Kabupaten Garut Jawa Barat, menyisakan kisah misteri.
Ada hal janggal yang diungkap teman-teman Afrizal, sebelum Afrizal dinyatakan hilang, Sabtu (04/07/2020) malam.
Afrizal sempat kencing di Gunung Guntur, lalu berbicara sendiri, tanpa lawan. Ketika ditanya, dengan siapa dia berbicara, Afrizal menjawab sedang berbicara dengan Si Brother, padahal tidak ada orang di sana sebagai lawan bicaranya.
BACA JUGA : Macan Penjangga Gunung Syawal Tertangkap Kamera
“Ieu jeung si Brother, (Ini sama Brother),” kata kawan pendakian menirukan jawaban Afrizal.
Kisah horor ini menyisakan tanya, siapakah brother ?. Lawan bicara yang tidak nampak itu diduga berkaitan dengan misteri yang sudah lama diyakini ada. Karena setelah itu, Afrizal nampak seperti orang linglung.
Afrizal menghilang bukan karena faktor cuaca atau faktor alam, tetapi sebab lain yang mempengaruhi secara gaib, dan sangat misterius. Hal inipun diyakini Agung orang tua Afrizal.
Karena itulah, Agung terus melakukan munajat kepada Allah dan bertawasul kepada karuhun (leluhur) Gunung Guntur, agar anaknya bisa ditemukan.
“Saya bedo’a, lalu memohon maaf kepada para karuhun jika anak saya melakukan hal-hal yang salah di sana,” kata Agung.
Horor !, Afrizal Ditemukan di Batu Besar
Hal sama diutarakan warga setempat bernama Entis yang membantu melakukan pencarian Afrizal, pada Minggu (05/07/2020). Dia besama tim SAR sudah keliling dan tidak menemukan jasad Afrizal.
Karena mendengar kronologis yang aneh dari kawan-kawan yang mendaki bersamanya, Entis pun melakukan tawassul. Lalu mendengar seperti ada tarikan suara, Entis yakin itu sumber itu adalah orang yang sedang dicari.
“Betul saja, dia ditemukan di batu besar, yang sebenarnya masih di sekitar lokasi tenda tempat berkemah,” kata Entis.
Entis langsung memeluk Afrizal, yang saat itu pada tubuhnya ditemukan beberapa luka goresan. Afrizal mengaku, dia merasa tidur di tenda. Dia heran, ketika terbangun malahh sudah ada di luar.
“Saya mengingatkan kepada para pendaki ulah sompral (jaga etika), sopan saat mendaki. Peristiwa seperti ini bisa saja terjadi, ketika kita tidak beretika,” ujar Entis.
Entis juga menyarankan para pendaki tidak memaksakan pendakian dilakukan malam hari, “Saenamah enjing-enjing (pagi),” ujarnya.
Afrizal dan Kawan-Kawan Berkemah di Tempat Terlarang
Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah V Garut, Dodi Arisnadi mengatakan anak yang hilang itu berada di lokasi yang dilarang. Dia masuk wilayah cagar alam Pos 3, dimana tidak boleh memasuki lokasi itu.
“Yang dibolehkan itu hanya wilayah TWA sampai Curug Cikoneng, tidak boleh ke Cagar Alamnya,” ujar Dodi.
Msayarakat di bawah kaki Gunung Guntur memercai mitos adanya pantangan yang tidak boleh dilanggar. Salah satunya meniup Suling, tidak boleh meniup Suling di gunung ini.
“Kalau niup Suling, itu kata orang tua dulu, akan bertemu dengan maung bungkelekan (siluman macan),” kata Ibu Uche, warga Kecamatan Tarogong di bawah kaki Gunung Guntur.
Terlepas dari misteri yang tersimpan dengan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat sekitar, namun Gunung Guntur tetap menjadi kawasan wisata alam yang memiliki magnet bagi para wisatawan dan para pendaki. (S-02)*