Politika, SAKATA.ID: Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sudah sejak lama saling menjajaki. Namun mereka tak kunjung deklarasi berkoalisi untuk Pemilu 2024.
Pertemuan para elite ketiga partai itu sudah beberapa kali dilaksanakan.
Seperti yang diungkapkan Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra pada bulan lalu.
Dia mengatakan, Partai Demokrat, Nasdem, dan PKS sudah beberapa kali melakukan pertemuan terbatas.
Bahkan, Ketuw Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan, partainya terus membangun komunikasi dengan Nasdem dan PKS untuk berkoalisi dalam Pemilu 2024.
Bahkan, dia pun mengakui bahwa saat ini komunikasi itu semakin intensif.
Pertemuan para elite ketiga partai itu pun sudah membahas figur calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Tak hanya itu saja, mereka sudah melakukan pertemuan dengan mengumpulkan 19 guru besar dan akademisi dari berbagai kampus ternama di Yogyakarta.
Pertemuan yang digelar di Hotel Hyatt Yogyakarta pada Sabtu (11/9/2022) itu, dihadiri elite tiga partai. Dan para pimpinan partai tingkat provinsi dan kabupaten kota se-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Ketua Forum 2045, Dr Untoro Hariadi, dalam keterangan tertulisnya menjelaskan, pertemuan itu membahas masa depan Indonesia ke depan.
Dia menegaskan akademisi maupun partai politik sama-sama memiliki concern untuk menyiapkan Indonesia menjadi lebih baik.
Salah satu topik pembicaraan yang mengemuka adalah bagaimana melaksanakan restorasi kepemimpinan Indonesia guna menjawab berbagai tantangan bangsa di masa yang akan datang.
Nasdem Dilema dan Berharap Partai Lain Bergabung
Tampaknya, perundingan Partai Demokrat, NasDem, dan PKS masih alot sehingga belum juga mengucap kata sepakat untuk deklarasi koalisi.
Sebagian pengamat Politik berpandangan, tarik ulur koalisi ini tak lepas dari dilemanya Partai Nasdem.
Seperti diungkapkan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno dikutip dari Kompas pada Senin 26 September 2022.
Dia menilai, Nasdem masih berharap ada partai lain yang merapat untuk membentuk poros baru bersama tiga aprtai tersebut.
Adi menjelaskan, di dalam sistem presidensial dengan multipartai, koalisi dinilai sangat penting.
Karena jumlah koalisi bukan hanya untuk memenangkan pertarungan di Pemilihan Presiden, tetapi juga mengamankan dukungan di parlemen.
Dia mencontohkan saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) memenangkan Pilpres 2014 lalu. Ketika itu, kebijakan eksekutif terganjal di legislatif. Lantaran didominasi oleh partai kubu pendukung Prabowo Subianto.
Karena itu, dia menilai, Partai Nasdem tidak ingin hal tersebut terulang saat calon yang mereka usung memenangkan Pilpres 2024.
Kemudian, hal lain yang membuat pertemuan elite politik di DPP Partai Nasdem tak kunjung deklarasi koalisi adalah terkait hitung-hitungan dan kalkulasi antar ketiga partai belum mengerucut.
Adi menjelaskan, saat gelaran pertemuan Nasdem dengan PKS, poin ketiga dari kesepakatan mereka ini baru sebatas menyepakati persiapan kerja sama Pilpres 2024, dalam waktu yang ditentukan bersama.
Dari hasil itu terliha, PKS mungkin masih melihat siapa sosok yang cocok untuk mendampingi Anies Baswedan, salah satu kandidat yang disodorkan Nasdem sebagai capres.