Narkotika Dijual Bebas di Afghanistan

Ladang Opium di Afghanistan. foto:BBC

Internasional, Sakata.id:- Narkotika dijual bebas di Afghanistan. Bahkan bisa ditemukan di kios-kios pasar. Situasi ini dipicu karena krisis ekonomi pasca pengambil alihan kekuasaan oleh Taliban.

Komunitas internasional tidak lagi memberikan bantuan ke Afghanistan, mereka menarik dukungan setelah kekuasaan negara tersebut diambil alih rezim Taliban.

Bacaan Lainnya

Peralihan kekuasaan dan tidak adanya dukungan komunitas internasional memberi dampak pad runtuhnya ekonomi. Ekonomi di Afghanistan benar-benar terpuruk.

Para petani mencoba keluar dari himpitan ekonomi tersebut. Mereka mempersiapkan ladang untuk menanam Opium. Mereka tidak memilih menanam sayur, karena negara dilanda kekeringan dan harus menggali sumur bor dengan mengeluarkan banyak uang.

Menanam Opium satu-satunya pilihan petani untuk kembali bangkit dari keterpurukan ekonomi. Opium lebih menghasilkan uang. Bahkan beberapa jenis Narkotika dijual bebas, benar-benar bebas di negara tersebut.

Pada laman BBC disebutkan hasil panen ladang Opium di Afghanistan bisa mencukupi 80 persen kebutuhan dunia. Narkotika menjadi salah satu bisnis yang kembali identik dengan Afghanistan.

Di bawah rezim Taliban, para pedagangan mulai terbuka membuka kios-kios sabu di pasar. Tidak lagi dengan sistem black market dengan menyuap pemerintahan yang korup.

“Di bawah rezim Taliban kami lebih bebas,” ujar salah seorang pedagang sabu.

Jualan Sabu di Kios Pasar

Taliban memang tidak mengakui perdagangan narkotika menggeliat di sana. Namun Heroin, Opium bahkan gundukan sabu beberbentuk kristal bisa ditemui di sejumlah pasar secara terbuka.

Bahkan ratusan pabrik terus memproduksi ribuan kilogram sabu. Salah satu sumber media kepada BBC menyebut setidaknya ada 3000kg sabu yang diprodukis dari 500 pabrik setiap hari di Afghanistan.

Produksi Sabu banyak berdiri di wilayah barat negara tersebut, wilayah itu menjadi wilayah penghasil Narkotika.

Petani Afghanistan sebenarnya menyadari bahwa apa yang dilakukannya sangat berisiko dan berbahaya. Namun mereka hanya ada satu pilihan, perkebunan Opium.

“Kami tahu ini berbahaya, tetapi dengan menanam tomat dan okra kami tidak mendapatkan uang, kami tidak ada pilihan lain. Tidak ada tanaman lain yang bisa menghasilkan uang,” kata salah seorang petani bernama Mohhammad Ghani.

Sabu yang di produksi ratusan pabrik di Afghanistan ini kemudian dikirim ke beberapa negara di luar negeri, seperti salah satunya Australia. Setelah sampai di Australia sabu seberat 100 kilogram akan dihargai 2,6 juta Dollar AS setara Rp37,2 milyar.

Penguasa Afghanistan sekarang, sebenarnya mengetahui terkait bisnis yang sedang bergairah di negara yang dikuasainya saat ini. Namun mereka tidak melarang. Narkoktika di jual bebas di negaranya, Taliban mengetahui tetapi belum menemukan alternatif.

“Kami tidak bisa melarang bisnis Opium tanpa menawarkan sesuatu yang lain,” kata Juru Bicara Taliban Bilal Karimi, di Kabul.

Narkotika menjadi bisnis besar di Afghanistan, di bawah rezim Taliban, bisnis ini berkembang pesat. Pakar pergangan narkotika Afghanistan, David Mansfield mengatakan, sejak Taliban berkuasa pelaku bisnis Narkotika benar-benar bebas.

Bahkan para petani menegaskan mereka tidak akan menerima jika Taliban melarang bisnis Narktika ini sebelum komunitas internasional kembali memberikan bantuan.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *