Sawah Sudah Ada di China Sejak 6 Ribu Tahun Lalu

Internasional, SAKATA.ID : Ternyata sawah sudah ada di China sejak zaman prasejarah. Tim arkeolog menemukan hamparan sawah berusia lebih dari 6.000 tahun.

Sawah pra sejarah tersebut berada di Provinsi Zhejiang, China timur. Informasi ini dikutip kompas dari Xinhua pada 13 Desember 2020.

Bacaan Lainnya

Para arkeolog dari institute peninggalan budaya Zhejiang sedang meneliti masyarakat prasejarah di sekitar Sungai Yangtze.

Para arkeolog kemudian menemukan fakta baru di Kota Yuyao itu berupa pesawahan prasejarah. Sudah dibuat nenek moyang China sejak ribuan tahun Sebelum Masehi (SM).

Karena itu, dijelaskan bahwa hal ini menunjukkan bahwa di China pertanian padi sudah menjadi pilar ekonomi.

Hamparan Sawah yang diteliti tersebut ternyata berasal dari tiga era. Yang tertua adalah yang memiliki punuk seperti punggungan bukit.

Ini berasal dari era 4.300 SM pada tahap awal budaya Neolitik Hemudu.

Ada pula area yang relatif lebih baru. Berasal dari era 3.700-3.300 SM. Di wilayah ini para peneliti menemukan punggungan bukit buatan dan alami.

Para arkeolog menjelaskan, punggungan itu terdiri dari jalur yang ditinggikan. Tujuannya untuk digunakan sebagai jalan atau demarkasi.

Lalu, ada lagi area sawah yang lebuh baru. Ini berasal dari 2.900-2.500 SM. Para arkeolog memastikan ini ada di era budaya Liangzhu.

Di area sawah yang paling baru ini sudah lebih lengkap. Dengan ditemukan jalan dan sistem irigasi.

Para arkeolog juga menemukam punggungan bukit yang berbentuk tanda pagar.

Teknologi Mengurus Sawah Di China

China sudah memodernisasi pertanian. Ke depan di Shanghai, China akan ada sawah yang tidak lagi digarap petani.

Mereka sedang merintis pertanian Nirawak. Hal ini guna meningkatkan efisiensi pertanian serta memangkas biaya tenaga kerja.

Para ahli di Waigang memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan atau artificial intelligence, dan jaringan 5G.

Dengan teknologi, pertanian dinilai akan lebih menguntungkan. Pertanian Nirawak ini akan menghemat 2 kilogram benih.

Dan bahkan teknologi itu akan meningkatkan hasil panen hingga 10 kilogram, untuk setiap 667 meter persegi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *