Regional, MAJALENGKA, Sakata.id:- Pemerintah Jawa Barat meluncurkan Geber Si Jumo ( Gerakan Bersama Literasi Stunting, Imunisasi, Pencegahan DBD, Penanggulangan TBC ).
Selain Geber Si Jumo diluncurkan juga Jamillah ( Jaga Ibu Hamil Lingkungan Bersih dan Sehat dengan perilaku PHBS.
Gerakan bersama itu diluncurkan Sekretaris Daerah Provinsi Jabar Herman Suryatman di SMK Negeri 1 Majalengka, Kabupaten Majalengka, Rabu (22/5/2024).
“Si Jumo itu ikon pahlawan bagi anak sekolah yang menjadi agen perubahan dalam rangka pencegahan stunting, penanganan DBD, dan TBC ke minimal 10 orang tetangganya,” katanya.
Untuk Geber Jamillah, melibatkan agen perubahan bagi masyarakat yang ikut serta dalam pencegahan stunting, penanganan DBD. dan TBC.
“Mudah-mudahan kader di lapangan bisa menunaikan tugas dengan baik,” harap Herman.
Selain itu, Herman menjelaskan, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia, saat ini prevalensi _stunting_ di Jabar berada di angka 21,7 persen.
Untuk DBD, selama tahun 2024, ada sekitar 28.000 orang yang terkena DBD dan 210 orang meninggal dunia.
“Begitu juga TBC, yang terjangkit di Jabar di angka lebih dari 211.000. Angkanya cukup tinggi, ini PR kita semua,” kata Herman.
Menurutnya solusi terbaik menangani itu semua, dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait pencegahan stunting, penanganan DBD, dan TBC.
Oleh karena itu peluncuran Geber Si Jumo dan Jamillah dengan perilaku PHBS merupakan solusi terbaik dalam upaya pencegahan dan penanganan.
“Gerakan bersama ini diarahkan untuk menyosialiasaikan agar masyarakat paham dan mengetahui bahwa itu sangat berbahaya,” ujar Herman.
“Jika sudah memiliki pemahaman, maka masyarakat bisa melakukan penanganan bahkan lebih jauh dapat melakukan pencegahan secara mandiri,” ucapnya.
Untuk pencegahan stunting, Herman memaparkan strategi Zero New Stunting dengan dua cara pencegahan pada ibu hamil sebelum kelahiran maupun setelah kelahiran.
“Sebelum kelahiran, ibu hamil harus mendapatkan asupan tablet tambah darah, memeriksakan diri ke tenaga kesehatan minimal enam kali, dan mendapatkan protein hewani,” katanya.
Setelah kelahiran pada balita usia 0 – 6 bulan, Herman menjelaskan, perlu mendapat Air Susu Ibu (ASI) ekslusif.
Kemudian usia 7- 24 bulan mendapatkan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dengan mengonsumsi makanan yang berprotein hewani seperti telur, daging, ikan, dan susu.
“Itu saya kira dengan strategi Zero New Stunting dan jurusnya sebelum kelahiran dan setelah kelahiran,” ungkap Herman.
Sememtara itu, dalam penanganan DBD dan TBC, ia menyebut dengan menerapkan perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
“Untuk DBD lakukan 3M, menutup, menguras, dan mengolah, pasti tidak akan ada nyamuk DBD,” ucapnya.
Untuk TBC pun sama dengan menerapkan PHBS. Jika terlanjur terserang, masyarakat dapat memperoleh obat di Puskesmas terdekat.
“Saya kira obat sudah tersedia, tinggal literasi masyarakat, mereka bisa melakukannya dengan gotong royong,” ujarnya.
Sementara itu Penjabat Bupati Majalengka Dedi Supandi mengatakan bahwa pihaknya dalam mengatasi stunting akan menerapkan desentralisasi anggaran desa.
“Saya sudah komitmen bahwa di era saya akan ada desentralisasi anggaran. Jadi harus hadir dukungan dari pemerintah desa. Setiap desa harus gelontorkan dana stunting,” kata Dedi.
Ia pun akan menurunkan 1.173 mahasiswa IPDN tingkat tiga untuk membantu menyosialiasikan dan memantau ibu hamil. Dengan demikan dapat menurunkan angka stunting di Majalengka.
“Saya beri tugas khusus menurunkan stunting. Mereka tinggal mengecek di beberapa titik yang jadi titik lokasi, setelah itu kita akan drop berbagai intevensi (kebutuhan),” katanya.*