Bisnis, TASIKMALAYA: Sayuran Kangkung asal Kampung Peundeuy, Kelurahan Urug, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya menguasai Pasar Cikurubuk.
Sejumlah masyarakat di Kampung Peundeuy itu sudah enam bulan ini menjadi pemasok prioritas kangkung ke Pasar Cikurubuk. Hasil pertanian mereka ini mengalahkan pasokan kangkung dari petani Ciamis.
Menurut Jajang Jali selaku pengelola kangkung terbesar di kampung Peundeuy mengungkapkan bahwa 40 persen dari sekitar 7 hektar persawahan di sana, kini berubah menjadi kebon kangkung.
Ia menjelaskan, masyarajat lebih memilih menanami lahannya dengan kangkung lantaran ada potensi ekonomi yang luar biasa besar pada sayuran ini.
Betapa tidak, lanjut Jajang, di samping pengolahan yang murah, juga hasil panennya bisa sangat melimpah.
Dari penghitungan Jajang, dalam satu hektar lahan yang ditanami Kangkung bisa mendapatkan uang sebesar Rp12-15 juta per bulan.
Namun, itu pun tergantung pada kontur tanah dan kejelian dari petani.
“Beda dengan tanam padi. Yang baru bisa dipanen 3 sampai 4 bulan. Kangkung cukup 30 hari saja. Hasilnya bisa sama dengan sekali panen padi,” kata dia.
Jajang menambahkan bahwa kini Kangkung asal Kampung Peundeuy, Kecamatan Kawalu pasarnya mampu menguasai 3/4 pasokan kebutuhan kangkung di Pasar Cikurubuk. Dirinya belum bisa memenuhi pasokan di luar Cikurubuk. Karena stok Kangkungnya masih kurang.
“Terus terang saja, permintaan mah. Dari Pasar Karangnunggal juga sudah meminta. Tapi belum bisa terpenuhi,” papar dia.
Jajang menargetkan, 60 persen petani padi di kampungnya bisa beralih menjadi petani kangkung. Agar tarap hidup masyarakat bisa lebih terbantu. Dan permintaan pasar juga bisa terpenuhi secara maksimal.
“Namun petani padi pun harus tetap ada. Agar pasokan beras dapat terpenuhi. Nah jedanya (lahan yang ditanami padi) paling tidak, bisa ditanam kangkung. Sehingga swasembada pangan di kami masih terjaga,” ungkapnya.
Sementara itu, salah satu penjual sayuran di Kawasan Pasar Cikurubuk yang bernama Agung menuturkan, pihaknya merasa mendapat untung dari menjual kangkung asal petani Kampung Peundeuy, Kawalu.
Menurut Agung, di samping lebih murah, sampai saat ini, kualitas dan kuantitasnya masih sangat terjaga.
“Saya juga tidak ngerti pola tanam mereka. Namun yang pasti kami sangat terbantu dengan pola kerja petani Kangkung Peundeuy, ” akunya.
Agung berharap, petani di Peundeuy dapat konsisten dalam pertaniannya. Jangan sampai di tengah kebutuhan masyarakat membludak, Kangkung asal petani Peundeuy Kawalu ini malah hilang.
“Terus terang saja. Udah banyak petani yang berkomitmen dengan kami. Namun selalu berhenti di tengah jalan. Karena faktor petaninya yang mogok bercocok tanam,” kata dia.