SAKATA.ID: Kematian Floyd terlalu menyakitkan untuk dilupakan warga Amerika Serikat. Kasus yang menyulut aksi besar gegara polisi bernama Derek Chuvin itu, masih terus berlangsung. Kali ini di lapang sepak bola.
Pemain bintang sepak bola Liga Utama Amerika Serikat Major League Soccer (MLB) terus mendukung terhadap gerakan Black Live Matter (BLM) dengan melakukan aksi berlutut sebagai protes kematian Flyod yang rasial, saat lagu kebangsaan AS dinyanyikan.
Tidak hanya di MLB, bintang-bintan Baseball di Liga Baseball Major League Baseball (MLB) pun melakukan hal sama. Tentu saja aksi tersebut membuat Presiden Amerika Serikat Donald Trump berang.
BACA JUGA : De Gea Diusulkan Diganti, Tampil Buruk Lawan Chelsea
Trump melancarkan kritik terhadap aksi berlutut yang dilakukan bintang-bintang olahraga tersebut.
“Menantikan untuk menyaksikan pertandingan langsung olahraga, tetapi setiap kali saya menyaksikan seorang pemain berlutut selama lagu kebangsaan dinyanyikan, sebuah tanda rasa tidak hormat yang besar untuk negara dan bendera kita, pertandingan sudah berakhir bagi saya!” tulis Trump dalam akun Twitternya yang dilansir Sky Sports, Rabu (22/7/2020).
Black Lives Matter adalah gerakan berlutut dengan satu kaki. Gerakan ini mewarnai deratan aksi isu rasial dari kematian Flyod di beberapa wilayah Amerika. Bahkan seluruh dunia. Slogan #BlackLivesMatter menjadi viral di twitter.
George Floyd seolah menjadi mesin penggerak demo antirasisme, tidak hanya di Amerka tetapi di sejumlah kota-kota besar di negara lain.
Bintang sepak bola dunia Tiere Henry turut memberikan dukunga pada gerakan BLM dengan berlutut selama delapan menit 46 detik. Itu adalah jumlah waktu yang sama saat polisi Derek Chauvin menaruh lututnya di leher George Flyod, seorang warga kulit hitam.
Seperti diketahui, Geroger Floyd tewas dibawah lutut petugas polisi bernama Chauvin. Gelombang aksi tak terbendung menentang kematian Floyd.
Aksi protes berlutut itu bermula dari seorang atlet NFL Colin Kaepernick pada 2016, sementara para pemain lain mengikutinya sambil menaikkan kepalan tangan mereka untuk memprotes ketidaksetaraan rasial yang pertama kali dilakukan oleh atlet Amerika John Carlos dan Tommie Smith dalam Olimpiade Meksiko 1968.(S-02).*