Kemendag: Harga Kedelai Naik, Lakukan Penyesuaian Harga

Foto: dok sakata.id

Bisnis, Sakata.id: Kementerian Perdagangan (Kemendag) menghimbau, para pengrajin tahu dan tempe untuk melakukan penyesuaian harga menyusul lonjakan harga kedelai.

“Penyesuaian harga itu bisa menjadi salah satu alternatif, ketimbang pengrajin tahu tempe melakukan mogok,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan, Selasa (1/6/2021).

Bacaan Lainnya

Menurut Oke, penyesuaian tersebut bisa dilakukan dengan memperkecil ukuran produk maupun mengerek harga.

“Ukurannya kan bisa diperkecil, harganya bisa tetap. Dampaknya juga cuma sebentar tidak sampai dua bulan,” ujar Oke.

“Yang saya terima dari pelaku itu, mereka hanya ingin informasikan ke masyarakat bahwa akan ada penyesuaian harga tahu tempe sementara. Karena memang mereka bahan bakunya tinggi,” imbuhnya.

Sejumlah Pengrajin Tahu Tempe Mengerek Harga 10-15 persen

Pihaknya menjelaskan, sejumlah perajin tahu dan tempe di beberapa daerah sudah mengerek harga sekitar 10 persen-15 persen. 

“Kenaikan itu tidak bisa dihindari lantaran harga kedelai di pasar global juga bertambah, yakni di atas Rp10 ribu per kilogram (kg) landed cost atau harga sampai di gudang penyimpanan,” jelasnya.

Sementara itu, sambung dia, para perajin tahu tempe meminta agar harga kedelai berada di bawah Rp10 ribu per kg.

“Harga pembelian kemarin itu kan landed cost saja sudah di atas Rp10 ribu per kg, dan yang diharapkan oleh perajin dijualnya di bawah Rp10 ribu,” ucap dia.

Kemudian, perajin mengeluhkan bahan bahan baku mahal. Kenaikan harga tersebut disebabkan oleh pasokan lokal kurang. Alhasil, harus menggunakan produk impor.

“Kami pahami, tapi memang karena pasokan lokal kita kurang tetap harus impor, jadi silahkan mau menyesuaikan atau tidak,” ujarnya.

Namun, lanjut ia, saat ini harga kedelai di pasar global sudah melandai. Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai mulai menunjukkan tren penurunan menjadi US$15,04 per bushels atau Rp9.220 per kg landed cost pada minggu keempat bulan Mei 2021 kemarin.

Harga itu sudah turun mencapai 5,1 persen dari pekan sebelumnya mencapai US$15,86 per bushels atau Rp9.604 per kg landed cost.

Kenaikan Kedelai Berdampak Pada Kenaikan Tahu Tempe

Oleh karena itu, pihaknya meyakini bahwa kenaikan kedelai yang berdampak pada kenaikan tahu tempe tersebut hanya bersifat sementara. 

Pihaknya menambahkan, penurunan harga kedelai di akhir Mei lalu baru bisa dirasakan dampaknya pada bulan berikutnya.

“Dalam setiap bulannya kita impor, jadi harga yang sekarang beredar adalah harga pembelian yang kemarin,” ungkapnya.

Kemendag meminta para importir untuk terus melakukan importasi meskipun terjadi kenaikan pada pasar global. 

Tujuannya, untuk memastikan ketersediaan pasokan dalam negeri mengingat Indonesia masih kekurangan kedelai

“Sekarang ini di lokal tidak ada kedelai, makanya saya pastikan pada importir itu adalah tidak stop impor. Sedangkan tahu tempe sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat,” imbuhnya.

Sebelumnya, pengrajin tahu tempe di Kota Tasikmalaya melakukan aksi mogok produksi hingga akhir Mei 2021.

Hal tersebut dilakukan, untuk memprotes harga kedelai yang kian melambung tinggi.

Salah satu pengrajin tempe di sana adalah Agus Gunawan (36). Ia mengaku, mulai saat ini dirinya akan berhenti memproduksi tempe hingga dua hari kedepan. 

”Katanya sih mogok produksi. Dari tanggal 27 hingga 31 Mei 2021. Hal ini tidak lepas dari kenaikan harga kedelai secara drastis setiap hari,” kata Agus, saat ditemui SAKATA.ID.