Internasional, SAKATA.ID: Amerika Serikat mendapat masalah baru, bukan soal Covid-19 atau potensi resesi tapi ‘kiamat daging babi’.
Pasokan daging babi di negara Paman Sam terancam langka. Berdampak pada kosongnya makanan pokok di California.
Hardga daging babi sudah mulai melonjak dan diprediksi akan semakin meninggi.
Beberapa pengamat mengatakan kepada CNN bahwa beberapa warga di sana percaya daging babi sedang mengalami ancaman besar.
Sebenarnya, sejak pandemi Covid-19 pasokan daging babi sudah terganggu. Kemudian, saat ini telah ditetapkan undang-undang baru di negara bagian California.
Diketahui, California merupakan konsumen terbesar daging babi di Amerika Serikat.
Adanya undang-undang baru di sana akan memperkeruh permasalahan daging babi yang sudah terjadi.
Pengonsumsi babi meyakini aturan baru bakal menambah masalah baru yang berujung pada ‘kiamat daging babi’.
Dengan undang-undang baru itu berarti di California, harus menerapkan standar bagi indukan babi.
Karena aturang yang duterbitkan ini terkait dengan standar khusus untuk induk babi.
Dijelaskan bahwa babi-babi yang hamil harus diberi ruang yang memadai. Setidaknya 24 kaki persegi dalam kandangnya.
Padahal sebelumnya, induk babi yang sedang hamil hanya ditempatkan dalam kandang berukuran 7 kali 2 kaki.
Kandang dengan ukuran yang lebih kecil tersebut hanya dapat memberi ruang induk babi untuk makan, berdiri, duduk, dan berbaring saja.
Karena yang kurang memadai, babi tidak memiliki ruang untuk berjalan, bergerak bebas, bersosialisasi, dan berbalik.
Pemerintah yang berwenang di sana menganggap hal tersebut cukup kejam. Maka sejak 1 Januari 2021 lalu dibuatkan lah aturan baru.
Namun, hal itu menjadi penyebab kelangkaan babi di sana dan harganya pun menjadi sangat mahal.
“Ancaman bacon menjadi sangat nyata. Akan terjadi ‘kiamat daging babi di sini, terutama di California,” ujar peneliti Trey Maloon.
Ancaman pasokan daging babi juga akan terjadi di Inggris. Namun penyebabnya berbeda dengan Amerika Serikat.
Di Inggris, pasokan daging babi yang kurang karena langkanya tukang jagal.
Ini terjadi akibat dari kebijakan Brexit, diperparah pandemi Covid-19.