Internasional, Sakata.id:- Krisis energi Singapura telah menghantui beberapa perusahaan besar di negeri Lion City ini.
Negeri berjuluk Kota Singa ini dihantui ancaman krisis energi listrik dan membuat beberapa perusahaan di sana diujung tanduk, bahkan gulung tikar.
Ternyata krisis energi Singapura ini sangat disebabkan oleh pasokan gas alam dari Indonesia. Karena Singapura sangat mengandalkan pasokan gas alam dari Indonesia, untuk pembangkit energi listrik di negara tetangga tersebut.
Belakangan pasokan gas untuk energi listrik dari Indonesia ke Singapura mengalami gangguan kendala distribusi dan belum pulih sejak Juli.
Pada laman Reuters, edisi Kamis (21/10/2021) Energy Market Authority mengeluarkan pernyataan lonjakan harga listrik di Singapura karena faktor gangguan pasokan gas alam Indonesia.
Beberapa faktor lonjakan harga diantaranya terjadi pemadaman di beberapa unit pembangkit dan pembatasan gas dari Natuna dan paoskan rendah gas yang dipasok dari Sumatera Selatan.
Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK) Migas Julius Wiratno membenarkan adanya gangguan pasokan gas yang menjadi sebab krisis energi di Singapura.
“Tapi distribusi mulai membaik kendati belum begitu normal. Gangguan terjadi Juli dan sejak September sudah berangsur membaik,” kata Julius.
Produksi salah satunya mengalami gangguan di Lapangan Anoa dan Lapangan Gajah Baru. Dimana kedua lapaangan itu berada di Natuna.
Data SKK Migas mencatat produksi di Natuna mengalami penurunan 27,5% dari sebelumnya menjadi 370 juta standard kaki kubjk perhari (MMSCFD).
Ada tiga kontrak ekspor gas pipa dari Indonesia ke Singapura dengan pasokan sekitar 700 MMSFD.
Krisis energi Singapura yang bergantung pada Indonesia ini memang, Singapura sudah menjadi tujuan ekspor gas alam terbesar Indonesia.
Pada periode Januari-Juli 2021 Indonesia mengekspor US$ 1,45 milyar atau Rp20,43 trilyun (kurs Rp14.075).
Jumlah ekspor gas alam ke negeri Singa itu menguasai 40% ekspor gas alam Indonesia.*