Internasional, SAKATA.ID: Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (United States Geological Survey/USGS) memperkirakan, korban gempa bumi di Turki mencapai 10 ribu orang.
Lembaga tersebut memberikan alasannya. Bahwa Prediksi tersebut diambil dari pemodelan berdasarkan sejarah gempa bumi di wilayah tersebut.
Mereka juga bisa menyimpulkan seperti itu dari pertimbangan populasi yang terkena guncangan paling berat serta kerentanan struktur di zona yang paling terdampak.
Sebelumnya, Senin (6/2/2023), di pagi hari waktu setempat, tanah Turki berguncang dahsyat. Gempa bumi terjadi dengan kekuatan magnitudo 7,4 SR. Namun versi USGS sebesar 7,8.
Goncangan terasa hingga ke Suriah. Korban berjatuhan pun tak hanya ada di Turki. Jumlah korban dieprkirakan sangat tinggi. Serta, kerusakan pun kemungkinan besar lantaran bencana itu besar meluas.
Apalagi, laporan USGS menyebutkan, populasi di wilayah yang terkena dampak gempa tinggal di struktur yang sangat rentan terhadap guncangan, meskipun ada beberapa struktur yang mampu bertahan.
Buktinya, dari video yang tersebar dan laporan relawan di sana bahwa bangunan termasuk gedung apartemen dan perkantoran dilaporkan runtuh.
Pihak berwenang di Turki juga memperkirakan jumlah korban tewas kemungkinan masih akan terus bertambah lantaran banyak orang yang hilang. Diduga masih terjebak dalam reruntuhan gedung.
Mengutip dari laporan CNN, korban gempa di Turki dan Suriah sekitar 3.823 orang meninggal dunia per Selasa. Lebih rinci, jumlah korban di Turki sebanyak 2.379 orang tewas, sementara di Suriah 1.444 orang meninggal.
Sementara itu, Anggota situasi darurat Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) untuk Eropa, Catherine Smallwood, memprediksi jumlah kematian gempa dahsyat itu bisa mencapai lebih dari 20 ribu jiwa.
Apalagi, kata dia, sampai sekarang proses evakuasi masih berlangsung. Maka jumlah korban tewas pun bisa saja bertambah hingga delapan kali lipat dari yang terhitung saat ini.
Bencana itu juga berakibat pada kerugian ekonomi di Turki maupun Suriah. Diperkirakan, kerugian berpotensi terjadi di kisaran US$1 miliar – US$10 miliar. Jumlah ini bisa mencapai 2 persen PDB Turki.