Travel, CIAMIS: Monumen Tugu Perjuangan Palagan Panyusupan, sebuah saksi bisu dari masa lalu yang penuh pengorbanan, saat ini membutuhkan perhatian yang lebih besar.
Monumen yang berada di Dusun Golempang Desa/Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis ini merupakan tempat bersejarah di mana enam prajurit terbaik Siliwangi gugur dalam perang kemerdekaan melawan Agresi Militer Belanda I.
Memasuki puluhan tahun sejak diresmikan pada tahun 1998, sayangnya, kini terlihat terbengkalai dan kurang mendapat perhatian yang memadai. Meskipun telah menjadi saksi bisu peristiwa heroik pada masa lalu, kondisi terkini monumen ini menunjukkan kurangnya pemeliharaan.
Monumen ini, yang diresmikan sebagai bentuk penghormatan kepada enam prajurit Siliwangi yang gugur dalam peristiwa heroik antara tanggal 7 sampai 19 Desember 1947, saat ini nampak seperti terlupakan.
Pahatan batu porselen dengan enam nama prajurit itu sendiri, yang pada awalnya menggambarkan keberanian dan pengorbanan, kini hampir tidak terlihat lagi karena minimnya perawatan.
Dalam batu porselen putih yang ditempelkan dalam tembok tugu Palagan Panyusupan itu tercatat nama Soediro Wirjo Soehardjo, Udin, Sumpena, Sadeli, dan Madjid.
Cat tembok yang sangat kusam dan dinding komplek tugu yang penuh dengan tulisan para pejuang yang gugur juga sudah kehilangan keindahannya.
Bahkan, rantai penghias yang mengelilingi tugu tampaknya telah menghilang, hanya meninggalkan tonggak besi yang terlihat sedih.
Padahal, peristiwa heroik melawan penjajahan Belanda menjadi sejarah berharga, tetapi monumen ini tidak mendapatkan perhatian yang layak.
Pentingnya pemeliharaan monumen sebagai bagian dari warisan sejarah bangsa harus menjadi fokus, memastikan bahwa keberlanjutan dan makna dari monumen ini tetap hidup.
“Seingat Saya, yang membangun tugu ini adalah Bapak Brigjen Purn Herman Sarens Sudiro. Pada tahun 1998. Namun, baru beberapa kali ada perhatian perbaikan,” kata Edi, warga sekitar pada Minggu (21/1/20244).
Dia menyampaikan, diperlukan tindakan konkret untuk mengembalikan kejayaan Monumen Tugu Perjuangan Palagab Panyusupan.
Menurutmya bahwa renovasi dan pembaruan tidak hanya akan meningkatkan tampilan fisik monumen tetapi juga memastikan informasi sejarah yang terpahat di dalamnya dapat diakses dan dihargai oleh generasi saat ini dan yang akan datang.
Edi mengatakan, pernahada ada perhatian terhadap keberadaan monumen ini Renny Soediro yang merupakan anak dari Brigjen Purn Herman Sarens Soediro.
Ketika itu, lanjut dia, saat menjelang Pemilu 2019 saat Renny mencalonkan diri sebagai anggota DPRI dari Partai Golkar Dapil Jabar X yang meliputi Kabupaten Ciamis, Kuningan, Banjar, dan Pangandaran.
“Pernah ada ibu Renny Soediro. Memberikan uang untuk membeli cat saat berkunjung sebentar ke sini. Lima tahun yang lalu. Sampai sekarang belum ada lagi pihak yang memberikan perhatian atau peduli dengan monumen ini,” kata Edi.
Dia menyampaikan bahwa dari cerita lisan orang tuanya, di lokasi ini terjadi pertempuran antara pasukan Belanda dengan prajurit yang dipimpin oleh Letnan Soediro Wirjo Soehardjo dan Lettu Herman Saren Soediro.
Edi melanjutkan, walaupun keberadaan monumen tugu Palagan Panyusupan ini kurang perhatian dari pihak berwenang namun, warga di lingkungan sekitar tugu selalu membersihkannya di setiap Jumat.
“Kami selalu bergotongroyong. Bersama-sama membersihkan lokasi ini dari rumput liar dan sampah dedaunan. Kalau untuk kebersihan mah, warga di sini juga selalu membersihkannya dalam kegiatan Jumat bersih secara rutin,” ungkap dia.