Nasional, SAKATA.ID: Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam atau PB HMI gelar sekolah demokrasi politik di Jawa Tengah untuk merawat kebhinekaan.
Program tersebut dilaksanakan oleh Bidang Pembangunan Demokrasi Politik PB HMI yang diketuai Ilham Fadli.
Dia menjelaskan, adanya program ini berkaca pada riuhnya kontestasi politikbpada 2019 lalu.
“Sehingga, kita pikirkan untuk merumuskan semacam gerakan yang menjaga demokrasi dan merawat kebhinekaan kita dengan membuat sekolah demokrasi,” ujarnya.
Kegiatan yang bertema “Manifestasi Gerakan Milenial Menuju Demokrasi yang Bermartabat“ digelar sejak 18-22 Januari 2022.
Peserta kegiatan ini, kata Ilham, adalah Ketua Umum HMI Cabang Se-Indonesia. Meskipun tidak seluruh ketua cabang hadir lantara terkendala anjuran Pemerintah tentang kegiatan di masa Pandemi.
“Sebenarnya, target panitia untuk launching Sekolah Demokrasi Politik di Desember akhir tahun 2021. Peserta pun jumlahnya dibatasi hanya 50 orang dengan anjuran protokol kesehatan,” ucap Ilham.
Launchin program tersebut dilaksanakandi Balai BPSDM Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Hadir melalui virtual Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Kemudian, Koordinator Presidium KAHMI Jawa Tengah Masifan Jamil, Kapolda Jawa Tengah, dan Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah.
Ketua Umum PB HMI Raihan Ariatama menuturkan bahwa perbincangan tentang demokrasi dan politik makin ramai. Namun masih disempitkan pada demokrasi elektoral atau Pemilihan umum.
Padahal, kata dia, bicara demokrasi dan politik tidak harus sampai pada demokrasi elektoral semata.
“Namun harus menggunakan pisau analisis yang lebih luas. Sampai dengan manfaatnya terhadap masyarakat kita di Indonesia,“ kata Raihan.
Dia menegaskan, Sekolah Demokrasi Politik HMI adalah ruang yang mampu mengembalikkan makna demokrasi yang lebih luas. Dan memastikan keberlangsungan demokrasi Indonesia ke depan.
“Sekolah demokrasi politik diharapkan mampu melahirkan rekomendasi ideal dari praktik demokrasi Indonesia selanjutnya,” tegas dia.
Ganjar Pranowo juga antusias menyambut tersebut.
Menurutnya, ruang sekolah demokrasi harus mengelaborasi konsep dan praktik sehingga tidak jadi ruang ceramah yang membosankan.
“Kita harus mengawinkan antara konseptual dan aplikatifnya. Sehingga kita bisa berkontribusi agar kita tidak sering terbang melayang. Tapi sering-sering turun ke bumi. Bahkan turun ke akar rumput. Karena itulah yang akan mendewasakan, dan dari situlah kita akan merasakan denyut yang ada di masyarakat,” beber dia.