Bisnis, CIAMIS: Kenaikan harga minyak goreng bersubsidi, MinyaKita, menjadi lebih mahal, mencapai Rp 16.000 hingga Rp 17.000 per liter. Kondis ini telah memicu keresahan di kalangan pedagang kecil dan ibu rumah tangga di Ciamis.
Harga ini jauh melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 14.000 per liter.
Seorang pedagang di Pasar Manis, Iis, menjelaskan bahwa tingginya harga MinyaKita disebabkan oleh keterlambatan pengiriman dari grosir.
“Kalau pesan minyak kita lima dus, harus pesan juga minyak non-subsidi lima dus, dan itu jelas cukup memberatkan para pedagang, terutama yang bermodal pas-pasan,” ungkapnya.
Kondisi ini menyebabkan banyak pedagang kecil merugi karena sulit bersaing dengan harga yang lebih tinggi.
“Modal kami tidak besar, jadi kami tidak bisa stok minyak sebanyak itu. Akhirnya, banyak pelanggan kami yang pindah ke tempat lain yang harganya lebih terjangkau,” tambah Iis.
Di sisi lain, Inah (51), seorang ibu rumah tangga dari Kecamatan Ciamis, juga merasakan dampak kenaikan harga ini.
“Meskipun saya bukan pedagang, tapi dengan mahalnya harga minyak yang konon minyak subsidi itu jelas merasa keberatan,” katanya.
Inah menjelaskan bahwa kebutuhan minyak goreng untuk dapurnya sekitar satu liter setiap lima hari. Kenaikan harga ini berdampak pada pengeluaran keluarga mereka.
“Keperluan dapur kan bukan hanya minyak goreng saja, tapi banyak juga yang lainnya. Sehingga dengan mahalnya minyak goreng itu ya berpengaruh pada pengeluaran keluarga kami,” keluhnya.
Dia berharap pemerintah dapat mengatur kembali harga minyak goreng Minyakita yang mahal menjadi seperti sebelumnya, yaitu Rp 14.000 per liter atau paling tinggi Rp 14.500 per liter.