SOSOK, BANJAR:- Nana Suryana bukan keturunan petinggi, bukan pula keturunan politisi apalagi trah ningrat. Dia orang biasa dengan masa remaja yang nakal. Dia seorang peternak ayam jago, dan selalu berbagi waktu dengan pohon bonsai. Dia sekarang menjadi orang nomor dua di kota kelahirannya menjadi Wakil Wali Kota Banjar Periode 2019-2024.
Dari setiap episode perjalanan hidup dan karier politiknya, Nana Suryana banyak mengambil pelajaran dari menanam bonsai. Hampir ratusan pohon bonsai yang dia tanam sejak lulus kuliah, menginspirasi banyak hal dalam kehidupannya termasuk dalam berorganisasi dan kepemimpinan.
“Menanam pohon bonsai itu visioner, pohon kecil ini penuh inspirasi,” kata Nana di kebun Bonsainya di Kecamatan Purwarhja Kota Banjar.
Nana mengaku modal politik sampai pada takdir menjadi Wakil Wali Kota Banjar modal politinya adalah bonsai. Inspirasi menjalankan visi misi baik di partai politik sebagai Ketua DPC PDIP dan dalam menjalankan pemerintahan Kota Banjar dia dapatkan dari menanam bonsai.
“Begini kang, sejak awal sampai bonsai itu terbentuk sesuai keinginan kita, membutuhkan waktu sekitar lima tahunan, sama seperti periodesasi mempimpin,” kata Nana mengalawi penjelasan bahwa bonsai sebuah inspirasi yang visioner.
Penjelasan Bonsai Pohon Visioner
Kata Nana, awalnya bonsai adalah sebatang tunggul atau kayu bearakar. Penanam bonsai harus sudah memiliki rencana bentuk yang diinginkan sejak tunggul kayu itu akan ditanam. Misalnya visinya adalah menanam bonsai dengan bentuk kerucut. Sambil memelihara dahan, misi di tahun pertama adalah membentuk tunas.
“Biasanya akan tumbuh banyak tunas pada tahun pertama, nah disitu kita jalankan misi sesuai visi bentuk kerucut. Mana tunas yang harus dipelihara, dan mana yang harus dibuang agar bentuknya sesuai visi, itu di tahun pertama,”.
“Tahun kedua ngurus cabang, tahun ketiga ngurus ranting, tahun keempat ngurus anak ranting, tahun ke lima sudah mengerucut menjadi pohon bonsai dengan bentuk yang diinginkan,”
“Nah itu prosesnya, sama seperti di pemerintahan. Kita buat dulu perencanaan kerja, mau apa ? lalu berproses. Tidak serta merta ketercapaian visi-misi pemerintahan diukur dari hanya satu tahun bekerja, harus utuh dilihat bentuknya selama satu periode,” kata Nana.
Kemudian kata Nana, untuk mendapatkan dahan yang kuat dan cepat tumbuh, harus terus melihat atau mengawasi akar. Apakah tanah yang di dalamnya ada akar ini masih memenuhi unsur hara atau tidak. Jika tidak, maka harus dibongkar dan diisi oleh tanah yang memiliki unsur hara dan sudah dipupuki.
“Melihat akar bonsai ini harus periodik, memberi tanah yang baik harus periodik, tidak boleh lalai,” papar Nana Suryana.
Sering Perhatikan Keadaan Tanah = Keadaan Masyarakat ‘Bawah’
Karena terinspirasi dari harus sering melihat tanah, terbawalah pada karakter kepemimpinannya di oraganisasi baik organisasi kemasyarakatan, partai politik, bahkan pemerintahan.
“Saya tidak pernah bergerak jauh dari tanah (kauam bawah). Saya bergaul tidak dengan orang kaya-kaya, siapapun bisa bersilaturahmi dengan mudah. Mulai tukang becak, tukang bata, warga biasa, sampai sekarang seperti itu. Dan itu bisa menginspirasi juga, saya bisa tahu Banjar butuh apa, dari mereka,” kata Nana.
Proses pencapaian kariernya memang beranjak dari bawah. Mulai dari Ketua Karang Taruna, LKMD, BPD, lalu menjadi bendaraha Ranting PDIP Kecamatan, Ketua PAC PDIP, lalu masuk menjadi bendara DPC PDIP tahun 2005, kemudian jadi Ketua Bappilu 2007, dan memimpin partai menjadi Ketua DPC PDIP Kota Banjar tahun 2015 sampai sekarang menjadi Wakil Wali Kota Banjar.
“Saya bergerak dari tanah dari bawah sekali, saya tidak punya trah politisi, bukan keturunan seorang pemimpin, modal saya adalah bonsai,” kata Nana.
Hobi menanam bonsai yang sudah lama ditekuni Waki Wali Kota Banjar ini membuat namanya sudah terkenal diantara pecinta bonsai se-Indonesia.
“Kalau yang sering ikut kontes, pasti kenal saya, karena saya sering ikut dan sering juara juga” ujarnya, sambil menunjuk beberap tropi dan penghargaan kontes bonsai berbagai tingkatan.
Banyak Warga Ingin Berguru Tanam Bonsai, Ini Pesan Nana
Banyak warga yang sudah mengetahui hobi orang nomor dua di Kota Banjar ini. Bahkan banyak juga warga yang sengaja datang ke kebunnya dan minta diajari membudidayakan bonsai. Tetapi Nana berpesan, tidak boleh menjadi kolektor. “Saya siap berbgai pengalaman, asal jangan jadi kolektor. Harus benar-benar mau berproses menjadi pembudidaya,” kata dia.
Hal itu disebabkan sang Waki Wali Kota menginginkan ada serapan nilai yang bermanfaat dalam berproses menanam bonsai. Mulai dari melatih kedisiplinan, membuat rencana bentuk, dan konsisten pada rencana yang sudah ditentukan.
“Kalau rencana rubah ditengah-tengah, saya pastikan bentuk bonsai akan kacau. Saya ingin menerapkan bahwa sesuatu itu bisa dicapai tidak dengan cara yang instan, harus dengan proses,” kata Nana.