BMKG: Waspada! Tsunami di Pantai Jawa Timur-Selat Sunda

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati. Foto: id.wikipedia.org

Nasional, Sakata.id: Berdasarkan penelusuran Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi gempa Magnitudo (M) 8,7 menyebabkan tsunami di Pantai Jawa Timur hingga Selat Sunda.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat menghadiri Kajian dan Mitigasi Gempabumi dan Tsunami di Jawa Timur, Jumat (28/5/2021).

Bacaan Lainnya

“Kami telah menyusuri pantai mulai dari Jawa Timur sampai Selat Sunda, untuk mengecek yang kami khawatirkan,” kata Dwikorita.

Berdasarkan catatan sejarah gempa, lanjut ia, gempa yang kekuatannya mencapai 8,7 ini bisa menimbulkan tsunami.

Tidak hanya itu, pihaknya pun telah melakukan pengecekan kesiapan aparat pemerintah daerah setempat untuk membuat skenario apabila terjadi gempa M 8,7 dan tsunami.

“Yang kami cek itu saat ini adalah kesiapan aparat setempat dan pemerintah daerah. Selain itu, kesiapan sarana prasarana untuk mengevakuasi warga jika terjadi tsunami. Itulah yang kami sampaikan dari hasil kajian dan survei yang telah dilakukan,” terangnya.

Pada tahun 2021 sekarang ini, sambung ia, khususnya di provinsi Jawa Timur telah terjadi lonjakan kejadian gempa.

“Memang benar, di Jawa Timur ini telah terjadi lonjakan gempa. Kami telah menghitung kejadian-kejadian gempa di tahun 2021 ini, khususnya di wilayah Jawa Timur,” jelasnya.

Bukan Berarti Ada Gempa atau Tidak

Hal tersebut yang telah disiap siagakan dengan segera. Bukan berarti dipastikan akan ada gempa atau tidaknya.

“Tidak ada kepastian bencana alam ini, cuma ada tren peningkatan gempa-gempa kecil yang biasanya mengawali gempa besar,” kata Dwikorita.

Pihaknya mengkhawatirkan di beberapa titik gempa ada seismik gap yang akan menimbulkan gempa besar.

“Dari sekian ratus kejadian gempa sejak tahun 2008 lalu, sudah terlihat di selatan Jawa Timur. Kelihatannya ada zona yang kosong, tidak ada titik-titik pusat gempanya,” ujarnya.

Dikatakan ia, yang dimaksud dengan zona kosong itu disebut seismik gap yang dikhawatirkan. Karena zona itu belum melepaskan energi sebagai gempa.

Dwikorita menjelaskan, seismik gap inilah yang dijadikan skenario adanya potensi gempa tertinggi dengan magnitudo mencapai 8,7.

“Hal itulah yang kami jadikan skenario, kita ambil kemungkinan gempa magnitudo mencapai 8,7 yang berdasarkan kajian dari pusat studi gempa nasional,” jelasnya.

Ia menambahkan, berdasarkan kajian tersebut menjadi dasar skenario untuk memprediksi kemungkinan terjadinya tsunami, gelombang tinggi, kapan waktu datangnya, dan jarak masuknya berapa.

“Jadi, kami bisa melakukan pemetaan bahaya tsunami yang sewaktu-waktu datang tidak terduga,” paparnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *