Angka KDRT di Indonesia Naik Saat PSBB

KDRT
Ilustrasi KDRT/ Net

SAKATA.ID : Jumlah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Indonesia meningkat saat pandemi.

Seiring dengan diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa wilayah.

Bacaan Lainnya

Hal itu berdasar pada data yang dikeluarkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) sepanjang 2 Maret – 25 April 2020.

Jumlah Meningkat

Selama itu, tercatat 275 kasus kekerasan yang dialami perempuan dewasa, dengan total korban 277 orang.

Menurut Lembaga Advokasi Masalah Kekerasan Perempuan dan Anak, Rifka Annisa bahwa lonjakan terjadi pada Maret-April.

Padahal sebelum adanya pandemi, di awal tahun, Januari – Februari 2020 tak sebanyak itu.

Lembaga itu mengungkapkan, pada Januari pihaknya menerima 40 aduan. Lalu di bulan Februari ada 42 aduan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Namun, jumlah itu menjadi naik setelah sebulan pandemi virus corona masuk ke Indonesia. Serta setelah PSBB. Yaitu pada bulan Maret – April.

Aduan yang Rifka Anisa terima sebanyak 67 kasus. Naik lagi di bulan berikutnya menjadi 98 kasus.

Perwakilan Rifka Anisa, Indiah Wahyu mengatakan bahwa adanya peningkatan angka KDRT merupakan bukti adanya kerentanan perempuan selama pandemi di Indonesia.

Contoh Kasus

Dilansir dari Tirto, dia menceritakan salah satu kasus yang sempat ditanganinya.

Kasus kekerasan itu menimpa seorang ibu, suaminya menjadi sering bertindak kasar sejak sebelum pandemi.

Tetapi karena PSBB, intensitas bertemu dengan suaminya semakin tinggi. Dia juga lebih sering mendapat kekerasan dari suaminya.

Apalagi, lanjutnya, suami si ibu itu kehilangan pekerjaan karena pandemi. Suami lebih sering tinggal di rumah.

Anak-anaknya juga belajar dari rumah, sehingga intensitas kekerasan yang menimpa ibu dan anaknya pun makin tinggi.

Anak sulungnya menjadi semakin berani melawan sang bapak. Sehingga hampir setiap hari ada pertengkaran di rumah dan bahkan terjadi pemukulan.

Selain lebih sering menerima kekerasan fisik, si ibu itu juga lebih tertekan secara psikis. Lebih-lebih, si ibu harus jadi tulang punggung keluarga.

Penyebab KDRT

Dilansir ABC News Indonesia, bahwa akar masalah KDRT adalah adanya ketimpangan antara laki-laki dan perempuan dalam relasi kuasa.

Hal itu diungkapkan Komisi Nasional Perempuan.

Apalagi, kultur patriarki masih kental di Indonesia. Membuat pria lebih banyak memegang kuasa atas keluarga.

Dan menempatkan perempuan di bawah kontrol laki-laki.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *