Pakan Ternak Impor Ancam Petani Jagung dan Peternak Lokal

Pakan ternak dan peternakan ayam

NASIONAL, Jakarta-Sakata.Id: Wacana impor pakan ternak dari Brazil dinilai akan mengancam keberadaan petani jagung dan peternak ayam lokal di Indonesia. Hal tersebut disampaikan Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GMPT) Desianto Budi Utomo.

Menurut Budi kebijakan impor pakan ternak akan sangat berdampak terhadap industri pakan nasional secara masif yang sudah menggalakan swasembada pakan lebih dari setengah abad.

Bacaan Lainnya

“Efecknya dari Importasi akan meluas ke berbagai sektor lain. Kepada petani jagung, peternak ayam baik petelur maupun pedaging, tenaga kerja budidaya termasuk bahan pakan lain,” kata Desiato.

Penyerapan Jagung dari Petani untuk Pakan Nasional

Saat ini kata Desianto, penyerapan jagung dari anggota GPMT masih dibawah tujuh juta ton pertahun, sedangkan pemakaian jagung untuk pakan ideal di rentang 50 persen bahkan bisa lebih dari 50 persen untuk pakan tertentu.

Jadi lebih dari 12 juta keluarga petani dan peternak kehidupannya masih sangat bergantung pada industri pakan ternak yang ada di tanah air. Harga pakan ternak di lapangan ada di kisaran Rp7 ribu – Rp7.800 / kg pada periode April 2021.

Pemerintah Harus Rancang Strategi untuk Peternak Kecil Mandiri

Sementara Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan melalui keterangan tertulisnya Kamis (6/5/2021) mengatakan pemerintah harus menyiapkan strategi untuk menurunkan biaya pakan untuk palu peternakan rakyat.

Pemberdayaan berbagai potensi lokal yang ada harus dioptimalisasi bahkan perlu ada terobosan agar tidak terlalu bergantung pada bahan baku impor untuk urasan kebutuhan pakan ternak.

Peternakan Nasional Terpuruk

Johan melihat kondisi peternakan nasional mengalami degradasi dan terpuruk. Jumlah peternak mandisi menurun, akses peternak terhadap sumber daya peternakan lemah, bahkan tidak sedikit yang mengalami kebangkrutan.

“Pemerintah harus memiliki kontrol yang kuat dari hulu ke hilir bagi perusahaan unggas terintegrasi besar, yang pasarnya masuk ke pasar tradisional. Kontrol yang lemah akan mematikan usaha ternak kecil mandiri,” kata Johan.

Usaha ternak kecil mandiri harus mendapatkan perlindungan yang adi dari pemerintah dalam menjalankan iklim daya saing nasional yang lebih sehat dan baik.

“Peternakan rakyat harus jadi basis ekonomi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,” kata dia.

Salah satu sebab rendahnya daya saing penternak rakyat kata Johan adalah masih mahalnya biaya pakan ternak.

“Kementan harus membantu usaha ternak dalam mengahadapi berbagai situasi dan tantangan untuk keberlangsungan usaha ternaknya, harus memberikan solusi pemberdayaan,” ujar Johan.RS-01*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *