Regional, GARUT: Anggota Komisi IX DPR RI, Dr. Hj. Netty Prasetiyani, dan BKKBN Provinsi Jawa Barat, menggelar sosialisasi dan komunikasi, informasi, serta edukasi (KIE) terkait percepatan pencegahan stunting di GOR Al-Khoiriyyah, Kecamatan Karangpawitan.
Kegiatan ini dihadiri berbagai narasumber berkompeten, di antaranya Mayang Mariana, S.Psi., M.Si. dari UPT Balai Diklat KKB Garut; Adang Syamsul Hadi, S.Pd., M.A.P., ahli kependudukan BKKBN Jawa Barat; dan Tuti Kartinah, S.E. dari Dinas Kabupaten Garut.
Dalam paparannya, Netty Prasetiyani menekankan pentingnya peran keluarga dalam mencegah stunting.
Ia menjelaskan bahwa stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang disebabkan kurangnya asupan gizi sejak dalam kandungan.
Menurutnya, keluarga harus sadar betapa pentingnya asupan gizi selama kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
Hindari makanan instan yang tidak bergizi. Anak adalah investasi masa depan, jadi perhatikan betul pola makan dan kesehatan mereka.
“Keluarga harus sadar pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan anak. Pastikan asupan gizi ibu hamil terjaga, jauhi makanan instan yang kurang bergizi,” ujarnya.
Netty juga menyoroti target nasional Presiden Joko Widodo untuk menurunkan angka stunting hingga 14% pada tahun 2024.
“Kita masih harus bekerja keras untuk mencapai target ini. Semua pihak, dari pemerintah hingga masyarakat, harus bersinergi,” tambahnya.
Dia menegaskan, stunting bukan hanya persoalan fisik, tetapi juga menyangkut masa depan generasi bangsa.
“Anak-anak yang stunting berisiko mengalami gangguan pertumbuhan, kecerdasan, dan produktivitas. Kita harus bergerak bersama untuk memastikan gizi dan kesehatan anak-anak kita terjaga,” lanjut Netty.
Mayang Mariana melanjutkan dengan menjelaskan dampak jangka panjang stunting. Menurutnya, anak yang mengalami stunting berisiko memiliki perkembangan otak yang tidak optimal, prestasi belajar rendah, hingga masalah kesehatan seperti diabetes dan hipertensi di masa dewasa.
“Stunting bukan hanya masalah fisik, tapi juga memengaruhi masa depan anak dan bangsa,” jelas Mayang.
Sementara itu, Adang Syamsul Hadi menekankan pentingnya edukasi sejak dini. “Masyarakat harus memahami pentingnya gizi selama masa kehamilan dan menghindari pernikahan dini. Usia ideal menikah itu minimal 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki,” katanya.
Tak ketinggalan, Tuti Kartinah dari Dinas Garut mengapresiasi langkah bersama ini. “Kolaborasi seperti ini sangat penting untuk memberikan edukasi langsung kepada masyarakat. Semoga angka stunting di Garut bisa terus ditekan,” harapnya.
Acara ini disambut antusias oleh masyarakat Garut yang hadir. Dengan kolaborasi antara DPR RI, Netty Prasetiyani, BKKBN, dan mitra lainnya, diharapkan Kabupaten Garut bisa menjadi contoh sukses dalam upaya penurunan angka stunting.