Regional, CIAMIS: Ngabuburit di Sekolah Warga Sakola Motekar Kabupaten Ciamis diisi dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat. Mulai dari StandUpa Comedy hingga edukasi bank sampah.
Sambil menunggu berbuka puasa di bulan Ramadan biasanya diisi dengan ngabuburit. Kata Nagbuburit merupakan bahasa Sunda yang diserap ke dalam Bahasa Indonesia.
Warga Tatar Galuh ini biasanya ngabuburit di sejumlah titik keramaian di perkotaan secara terpusat.
Namun, saat ini sudah semakin banyak tempat untuk beraktivitas sambil menunggu berbuka. Salah satunya di Sekolah Warga Motékar, Dusun Cibunar, Desa Sukajadi, Kecamatan Sadananya.
Kegiatan ngabuburit di sana berbeda dengan gaya ngabuburit di tempat lainnya.
Meski berada di wilayah pinggiran Ciamis kota Lembur Kaulinan Cibunar ini memiliki daya tarik tersendiri.
Terutama saat bulan Ramadan, banyak kegiatan produktif di sana. Termasuk kegiatan bertajuk ‘Ngabuburit di Lembur’ yang diisi dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat.
Kegiatan ngabuburit di Sekolah Warga Sakola Motekar dengan konsep kolaborasi. Dari mulai bazar kuliner warga lokal. Kemudian pagelaran-pagelaran kesenian yang melibatkan ragam komunitas yang ada di Kabupaten Ciamis.
Para musisi jalanan, komunitas anak Punk pun turut mengisi acara kesenian di Sakola Motékar.
Kemudian ada pula keterlibatan organisasi formal seperti Karang Taruna, Kader PKK, Kampung KB, Posyandu, Kelompok Wanita Tani, serta RW dan RT sekitar.
Lalu, dilibatkan juga lembaga keagamaan seperti santri DTA dan DKM di masjid sekitar Sekolah Warga Motekar, Desa Sukajadi.
Saat memberikan keterangan kepada SAKATA.ID, Jumat (15/4/2022), pegiat Sakola Warga Motekar Deni WeJe mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan mulai 10-19 April 2022.
Menurutnya, untuk mengisi kegiatan ngabuburit di sana diisi dengan gelaran pentas Ki Pamanah Rasa, StandUp Comedy Ciamis, Edukasi Bank Sampah Ciamis, penampilan santri DTA, hiburan tradisional seperti Wayang Golek, dan Musik Gamelan.
Kemudian, selain ngabuburit ini pihaknya juga menggelar kegiatan bertema Medar Kaulinan di Sakola Motekar yang dimeriahkan Karang Taruna Kecamatan Sadananya dan Kopgab Lintas Komunitas.
Deni mengungkapkan ada juga gelaran warga Mandoro, ini merupakan aktronim dari Mandiri dan Gotong Royong.
Menurut dia, kegiatan bernama gelar warga Mandoro ini berarti pihaknya menyelenggarakan kegiatan Ngabuburit ini secara mandiri. Bukan atas instruksi siapapun.
Hanya dengan gotong royong sesama warga setempat dan pihak Sekolah Warga Motékar.
Secara nilai, kata Deni, pihaknya sedang melakukan syiar dan penanaman tradisi. Yakni tentang pendidikan yang benar.
“Apapun bisa menjadi sumber ilmu. Apapun yang ada itu bisa menjadi guru,” ujar dia.
Akhirnya, menurut Deni, anak-anak pin mengalami peristiwa pendidikan secara tidak disadari. Lalu ibu-ibu sekitar Sekolah Warga Motékar juga mampu meningkatkan kualitas dan kapasitasnya sesuai latar belakang mereka masing-masing.