Kriminal, CIAMIS: Sebuah insiden dugaan pelecehan yang melibatkan seorang oknum guru di Kabupaten Ciamis telah mengguncang dunia pendidikan.
Kejadian ini menyita perhatian banyak pihak. Termasuk ulama KH Nonop Hanafi, selaku Ketua Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kabupaten Ciamis.
Ia mengaku, merasa prihatin atas kejadian tersebut. Karena pendidik yang seharusnya menjadi suri teladan malah berperilaku tak beradab.
Seharusnya, lanjut dia, sebagai seorang pendidik atau guru, berprilaku dengan baik sesuai etika dan moral dalam sehari-harinya.
“Apalagi dalam lingkungan sekolah, karena guru itu harus digugu dan ditiru,” lanjut dia pada Rabu (7/6/2023).
Menurut laporan yang diterima, oknum guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terlibat dalam insiden ini adalah guru bimbingan konseling (BK).
Oknum tersebut diduga telah melakukan pelecehan kepada 17 siswi. Adapun aksi dugaan pelecehan itu dengan melakukan kebiasaan ‘cunihin. Yaitu memegang bagian sensitif dari tubuh korban.
Dari penjelasan pihak Polres Ciamis bahwa kasus ini terungkap ketika adanya laporan orang tua korban pada pekan terakhir di bulan Mei lalu. Polres Ciamis pun telah memeriksa beberapa saksi dan korban untuk ditangani lebih lanjut.
KH Nonop menyampaikan, adanya kejadian asusila di lingkungan sekolah oleh oknum guru di Ciamis merupakan bencana dan tragedi pendidikan yang harus disikapi dengan serius.
“Dan harus menjadi muhasabah. Atau evaluasi. Bagi Dinas Pendidikan. Bahan interospeksi bagi kita semua. Jangan sampai kejadian itu terulang kembali. Karena mencoreng dunia pendidikan,” tegas dia.
Ia mengatakan, apabila kelakuan gurunya tidak bermoral, lantas bagaimana bisa mendidik siswa-siswi sebagai masa depan bangsa.
Sebagai orang tua pun berharap sekolah menjadi tempat yang aman bagi anak-anak mereka, tempat di mana mereka dapat belajar dan tumbuh tanpa rasa takut atau terancam.
Bagi KH Nonop, bahwa pendidikan bukan hanya mengejar angka-angka normatif saja. Tetapi yang patut diperhatikan adalah program pendidikan yang harus menghasilkan kecerdasan spritual, intelektual, dan emosional serta daya juang yang tinggi.
Semua itu, ungkap dia, tidak akan hadir dan berhasil tanpa adanya guru yang mempunyai keteladanan di mata anak didiknya.