Internasional, SAKATA.ID: Ismail Haniyeh, pemimpin tertinggi Hamas, dilaporkan gugur dalam sebuah serangan di Teheran, Iran Teheran, pada Rabu 31 Juli 2024, pagi waktu setempat.
Kematian Haniyeh dikonfirmasi oleh Hamas dan Garda Revolusi Iran, yang menyatakan bahwa serangan tersebut terjadi di kediaman Haniyeh di ibu kota Iran.
Menurut laporan awal, Haniyeh dan salah satu pengawalnya tewas dalam serangan tersebut. Hamas menuduh serangan ini dilakukan oleh Israel, meskipun hingga saat ini belum ada pihak yang secara resmi mengklaim bertanggung jawab.
Diketahui bahwa Israel telah lama menargetkan Haniyeh dan pemimpin Hamas lainnya, terutama setelah serangan besar-besaran yang dilancarkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober lalu, yang menyebabkan lebih dari seribu korban jiwa dan ratusan lainnya ditawan.
Beberapa bulan sebelumnya, Israel juga melakukan serangan udara yang menewaskan tiga putra Haniyeh di Gaza.
Israel mengklaim bahwa dua di antaranya adalah anggota militer Hamas, sementara yang ketiga adalah seorang komandan sel. Serangan ini menunjukkan peningkatan intensitas konflik antara Israel dan Hamas.
Dalam konteks yang lebih luas, ketegangan di kawasan tersebut semakin meningkat dengan adanya klaim dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang menyatakan telah membunuh Fuad Shukr, komandan senior Hizbullah, di Beirut.
Namun, klaim ini dibantah oleh Hizbullah yang menyatakan bahwa Shukr selamat meskipun terluka parah.
Selain itu, serangan darat dan udara Israel di Gaza dilaporkan telah menewaskan lebih dari 39.000 orang, mayoritas di antaranya adalah warga sipil.
Konflik berkepanjangan ini juga memaksa jutaan warga Gaza untuk mengungsi dari rumah mereka.
Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Palestina, hampir sepertiga dari korban tewas adalah jenazah yang tidak teridentifikasi.
Kematian Ismail Haniyeh menambah panjang daftar pemimpin Hamas yang tewas dalam konflik berkepanjangan dengan Israel.
Dengan situasi yang semakin memanas, banyak pihak khawatir bahwa kekerasan dan ketegangan di wilayah tersebut akan terus berlanjut tanpa ada tanda-tanda perdamaian dalam waktu dekat.