Travel, JATIM:- Pengelola tempat wisata di seluruh Indonesia dianjurkan menerapkan tatalaksana BISA (Bersih, Indah, Sehat, Aman) GPM (Gerakan Pakai Masker).
Anjuran ini sampaikan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat berkunjung ke tempat wisata Gunung Bromo, Jawa Timur, Sabtu (5/9/2020).
Memutus matarantai corona virus menjadi harus diprioritaskan oleh seluruh pemangku kepentingan parawisata. Ini untuk terwujudnya keamanan dan kesehatan para wisatawan.
Deputi Kebijakan Strategis Kemenparekraf Kurleni Ukar mengatakan pengendalian Covid-19 harus dilakukan bersama-sama termasuk insan parawisata di Indonesia.
“Kami harap pengelolan tempat wisata bisa menerapkan BISA GPM ini, bagaiamanupun keamanan dan kenyamanan wisatawan harus dijaga,” kata Kurleni Ukar.
Keamanan wisatawan dan perlindungan bagi mereka saat berwisata dari penularan Corona akan membangun kepercayaan dan meningkatkan kunjungan wisata itu sendiri.
“Daya saing kita (Indonesia) saat ini berada di urutan 102 dari 104 negara, ini hasil travel and tourism competitiveness index,” ujar Kurleni Ukar.
Kurleni mengajak seluruh pengelola tempat wisata tetap mengoperasikan wisatanya tetapi juga menjaga wisatawan dari penularan Covid-19. Maka dia menganjurkan seluruh pengelola tempat wisata menerapkan BISA GPM.
Di era kebiasaan baru, sektro wisata diharapkan bisa bangkit kembali dan meningkatkan daya saing atau indeks di travel and competitiveness.
Sementar itu ketua gerakan pakai masker Sigit Pramono mengatakan, peringkat kesadaran menggunakan masker Indonesia berada di 97 dari 100 negara yang terkategori aman dari Covid-19. Posisi itu diatara Laos, Kamboja dan Bahama.
Posisi ini akan mempengaruhi tingkat kunjungan wisata. Gerakan pakai masker sudah menyentuh banya sasaran, kalangan pesantren, pedagang pasar dan tempat kerumunan.
Anjuran BISA GPM ini didukung oleh Puteri Pariwisata Indonesia 2020 Jihane Almira.
Pengelola Tempat Wisata, Menerapkan Protokol Hanya di Pintu Masuk
Berdasarkan pantauan sataka.id di beberapa tempat wisata belum sepenuhnya menerapkan protokol kesehatan pencegahan corona virus.
Penerapan kepada pengunjung hanya di loket masuk saja. Sementara aktivitas pengunjung di lokasi wisata yang membuka masker, tidak jaga jarak, tidak terpantau.
Pengelola wisata belum mengaktifkan pengawasan penerapan protokol ke wisatawan saat mereka beraktisa di dalam areal wisata.(Deni/sakata.id)