Regional, SAKATA.ID: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) lakukan kolaborasi.
Dua lembaga tersebut lakukan percepatan penurunan angka stunting di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Mereka menggelar sosialisasi.
Pihak DPR RI yang turut serta melakukan sosialisasi itu adalah Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Partai Golkar Dra. Wenny Haryanto, S.H.
Acara sosialisasi itu dilaksanakan pada 26 Oktober lalu, DPR RI melakukan kolaborasi dengan BKKBN menggelar sosialisasi tentang Stunting di Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi.
Sosialisasi percepatan penurunan stunting tersebut karena ada perintah dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), untuk di tahun 2024 angka stunting harus turun hingga 14 %.
“Kegiatan ini adalah upaya DPRBRI dan BKKBN. Dalam percepatan dan penurunan angka stunting. Ini sesuai dengan target kita bersama. Stunting turun hingga 14%,” kata dia.
Ia menegaskan, tujuan dari kegiatan ini adalah agar warga dapat mengerti dan mengetahui secara detail bagaimana cara mengatasi permasalahan stunting yang saat ini ada di Indonesia.
“Tujuan sosialisasi adalah meningkatkan pengetahuan peserta tentang stunting, penyebab, gejalanya, dan risikonya,” ujar Wenny.
Ia juga mengungkapkan, anak-anak stunting berisiko lebih tinggi mengidap penyakit degeneratif. Seperti terkena kanker, diabetes, serta obesitas.
Penyebabnya adalah karena kebutuhan zat gizi mikro dan makro dalam tubuh anak tidak terpenuhi
secara maksimal.
Sementara itu, pihak BKKBN RI telah mempunyai alat deteksi dini mengenai Catin (calon pengantin) yang sudah siap hamil atau belum.
Alat deteksi itu berbentuk aplikasi bernama Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil). Aplikasi ini adalah wujud inovasi BKKBN. Tujuannya tentu saja untuk mencegah stunting pada anak. Dengan aplikasi ini Pemerintah mengedukasi remaja mengenai bahaya dari stunting.
Wenny menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis.
Terkait stunting, perlu menyiapkan generasi muda sedari dini atau sejak dari hulu. Sehingga BKKBN mempersiapkan sosialisasi KIE tentang program Pembangunan Keluarga Kependudukan dan Keluarga Berencana atau Bangga Kencana.
Wenny menjelaskan, stunting bukanl sebuah penyakit, tapi kondisi gagal tumbuh dan kembang pada 1.000 hari pertama kehidupan. Yakni sekitar 270 hari dalam kandungan dan 730 hari setelah bayi dilahirkan atau dua tahun pertama.
Cara memperbaikinya adalah dengan memberikan bayi ASI eksklusif sampai usia enam bulan. Baru setelah itu, Makan Pendamping ASI (MPASI) dengan gizi yang cukup dan seimbang.
Selain itu, harus imunisasi lpun engkap. Lalu lingkungan harus bersih, dan air yang diminum juga harus layak. Jadi, jangan sampai rumah kotor. Karena kondisi kotor seperti itu berpotensi anak terkena diare.