Regional, Ciamis – Sakata.id:- Perokok aktif memberi dampak negatif bagi kesehatan. Kendati rokok menjadi penyumbang devisa terbesar namun negara terus menyusun strategi untuk menurunkan angka perokok aktif.
Puskesmas Rancah Kabupaten Ciamis telah mengimplentasikan strategi yang diklaim mampu mengurangi volume merokok bahkan membuat perokok aktif berhenti merokok.
Rokok Untuk Susu
Strategi itu bernama Rotusu ( Rokok untuk Susu). Inovasi program ini sebetulnya bagian dari pencegahan stunting melalui peningkatan asupan gizi pada anak di keluarga, serta mengalihkan biaya belanja rokok ke biaya pembelian susu atau makanan bergizi.
Pegawai Seksi Promosi Kesehatan Puskesmas Rancah Eni Desi Kaniawati, SKM., sebagai inisiator program Rotusu, mengatakan, dampak negatif merokok tidak hanya pada kesehatan tetapi juga pada ekonomi keluarga.
Upaya pengalihan pemborosan ekonomi untuk belanja rokok ke belanja susu dan makanan bergizi diterobos melalui program Rotusu Pusksemas Rancah.
“Sasaranya kepala kelaurga perokok aktif, sebenarnya program ini mengupayakan bagaimana kepala rumah tangga mengurangi merokok, dan uang untuk membeli rokok bisa teralihkan untuk membeli susu, atau makanan bergizi,” kata Eni.
Dua dari 10 KK Peserta Rotusu Berhenti Merokok
Kendati target utama bukan untuk menurunkan perokok aktif, tetapi pada pelaksanaannya dari rata-rata 10 keluraga binaan di desa sasaran, sekitar dua kepala rumah tangga perokok aktif berhenti merokok. Artinya sekitar 20 persen dari jumlah kelurga binaan di masing-masing kelompok, berhenti merokok.
“Sebenarnya targetnya membudayakan merokok tidak di dalam rumah. Tapi ternyata malah ada yang berhenti total. Nah itu kan alokasi buat beli rokok bisa digunakan untuk membeli kebutuhan makanan bergizi,” kata Eni.
Inovasi Rotusu diimplentasikan melalui pembinaan kepada keluarga yang bersedia mengikuti program pembinaan di beberapa desa di Kecamatan Rancah. Salah satunya menyarankan kepala keluraga merokok tidak di dalam rumah.
Dengan pembatasan ruang merokok, paling tidak kondisi ruangan di dalam rumah bebas dari polusi asap rokok yang membahayakan bagi kesehatan anak dan anggota keluarga. Kemudian ada pembatasan ruang, sehingga diharapkan terjadi pengurangan volume merokok.
Terapi Anti Merokok
Selain pembinaan, tim program Rotusu juga memberikan terapi anti merokok. Uniknya peserta yang diterapi justeru harus sambil merokok pada saat diterapi.
“Terapinya sekitar 10 menitan, yang diterapi sambil merokok. Disitu akan ada efek pak, kelihatan sekali. Ada yang tenggorokannya terasa sakit dan sebagainya,” kata Eni.
Puskemas rancah memiliki SDM terapis anti rokok dua orang, yang sudah terlatih di pelatihan yang diselenggaran di Dinas Kesehatan. Sebenarnya setiap Puskesmas sudah memiliki SDM terapis anti rokok.
“Tapi yang diimplementasi melalui program seperti ini, hanya di Puskesmas Rancah. Kalau di Puskesmas lain, terapis itu berdasarkan permintaan aja, kalau ada yang mau diterapis baru dilakukan,” kata Eni.
Untuk mencapai hasil yang maksimal kata Eni, terapi harus dilakukan berkala, beberapa kali, tapi ada juga yang hanya satu kali malah sudah berhenti total. Itu biasanya terjadi karena yang diterapi sudah memiliki niat untuk berhenti merokok.
Pengakuan Perokok Aktif yang Berhenti Merokok
Salah seorang kepala rumah tangga yang menjadi peserta program Rotusu Udin warga Dusun Mandalagiri Desa Cisontrol mengaku, dia adalah perokok aktif, dan sudah memiliki keinginan untuk berhenti merokok tetapi sulit mengindari kecanduan.
Setelah mengikuti program Rotusu, mendapatkan pencerahan, serta mendapatkan terapi anti merokok, dia langsung bisa berhenti merokok secara total.
“Alhamdulillah saya sudah dua bulan berhenti merokok. Memang sudah diniatkan tapi susah. Pas ikut program dan diterapi, saya bisa berhenti,” kata Udin.
Istri Udin membenarkan hal tersebut, bahkan ada perbedaan uang pemberian suami, karena sudah tidak lagi beli rokok. “Ya setelah berhenti merokok, suami kasih uangnya beda lah, itu buat beli makanan buat anak,”. kata dia.
Diusulkan Pada Lomba Inovasi Daerah
Eni Desi Kaniawati kemudian mengusulkan prgram Rotusu yang diinisiasinya pada Lomba Inobasi Daerah yang diselenggarakan Bappeda Ciamis. Menurutnya ada beberapa target yang bisa dicapai melalui program tersebut, antara lain terjadinya pengurangan volume merokok, peningkatan gizi bagi anak sehingga stunting bisa dicegah.
Paparan Eni disampaikan kepada Tim Penilai Inovasi Daerah pada saat melakukan validasi lapangan di Puskesmas Rancah, Selasa (11/05/2021). Inovasi Rotusu mendapat dukungan anggaran dari Puskesmas Rancah.
Tanggapan Tim Penilai Lomba Inovasi Daerah
Ketua Tim Penilai Lomba Inovasi Daerah Ir. Ajat Sudrajat mengatakan, Rotusu ini capaiannya adalah perubahan perilaku masyarakat, yang itu memang agak sulit untuk meyakini capaianya. Makanya validasi lapangan menjadi salah satu kunci untuk mendapatkan gambaran implementasi dan capaian.
“Dari sisi gagasan ini luar biasa. Apalagi jika benar bisa merubah perokok aktif menjadi tidak aktif, dan teralihkan biaya rumahtangga pada makanan yang mengandung gizi, kami harus benar – benar mengivestigasi ke lapangan,” kata Ajat.
Malah kata Ajat inovasi tersebut bisa direplikasi di Puskesmas lain karena menurut informasi inisiator, SDM terapis anti merokok juga ada di Puskesmas lain.
“Ini gagasan yang bagus. Karena berhenti dari candu rokok itu susah. Saya sendiri perokok aktif, dan saya berhenti itu bukan karena nasihat atau saran, tapi karena saya sakit. Perubahannya ekstrem, harus sakit dulu baru bisa berhenti,” kata Ajat.
Dari hasil validasi lapangan ini kata Ajat nanti akan diplenokan oleh tim penilai. Data-data dan fakta-fakta yang didapat dari lapangan terkait pelaksanaan inovasi daerah akan menjadi bahan pertimbangan penilai.
Tim penilai lain Yasmin Sambas berpesan agar inovasi tidak hanya untuk kepentingan lomba. Pada dasarnya menurut dia, seluruh inovasi yang diusulkan pada lomba memiliki dasar gagasan untuk pembangunan Kabupaten Ciamis yang lebih baik.
“Kalau gak jadi yang terbaik, jangan lantas program inovasinya berhenti harus tetap jalan,” kata Yasmin. RS-01.