Ragam, SAKATA.ID: Perubahan iklim dengan perlahan menggerogoti stabilitas ekosistem di Pegunungan Himalaya. Gletster atau bongkahan es di sana mulai menyusut akibat kenaikan temperatur.
Padahal Himalaya menjadi sumber air sungai-sungai raksasa seperti Sungai Yangtse di Tiongkok, Gangga di India. Kemudian Sungai Indus, Bhramaputra, dan Irrawady atau Mekong.
Sungai tersebut merupakan sumber air terpenting, miliaran populasi bergantung hidup. Mulai dari warga di Cina, Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Tentunya, kondisi gletser akan secara langsung berpengaruh pada kondisi sungai, karena mengandalkan separuh volumenya pada asupan gletser.
Perubahan iklim di sana juga diperparah dengan giatnya pembangunan infrastruktur air. Seperti dibangunnya bendungan irigasi atau pembangkit listrik.
Kondisi sungai yang terancam itu diungkap oleh peneliti Jaringan Asia Selatan untuk Bendungan Himanshu Thakkar di AFP sebagaimana dikutip Detik, Senin (20/9/2021).
Dia menjelaskan, ekosistem sungai terancam pembuangan limbah cair, penambangan pasir, batu dari proyek pembangunan.
Diketahui, perubahan iklim yang menggerogoti gletser Himalaya itu telah mengakibatkan bencana. Seperti di negara bagian Uttarakhand, India, pada akhir pekan silam.
Meskipun belum pasti bahwa bencana itu terjadi akibat gletser namun banyak peneliti meyakini itu.
Peniliti yakin bencana itu akibat jebolnya kantung air di dalam gletser, yang menghunjam ke lembah di bagian bawah dengan kecepatan yang tinggi.
Terjangan air di sana menewaskan belasan orang. Sementara sebanyak 170 orang masih dinyatakan hilang.
Bencana banjir itu juga turut menghancurkan satu bendungan, dan merusak bendungan lain yang berada tak jauh.
Sejumlah organisasi lingkungan internasional juga pernah mencatat bahwa proyek pembangunan bendungan membuat dinding lembah yang curam di pegunungan itu menjadi rapuh, berisiko longsor.
Perubahan iklim pun menaikkan temperatur dinilai berkontribusi pada pelemahan struktur geologi di Himalaya.
Hal itu terungkap dari studi pada tahun 2019 silam. Para peneliti menyimpulkan penyusutan gletser meningkat dua kali lebih cepat. Jika dibandingkan saat pergantian abad, atau 25 tahun sebelumnya.
Harus segera diwaspadai lantaran dampak perubahan iklim di pegunungan Himalaya adalah kenyataan.