POLITIKA, Tasikmalaya: Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Tasikmalaya yang rencananya akan dilaksanakan tahun 2022 mendatang. Beredar kabar bahwa petahana Muhammad Yusup akan berpasangan dengan Ivan Diksan yang sekarang menjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tasikmalaya.
Sebagai Plt. Wali Kota, Muhammad Yusup juga menjabat Ketua DPD Partai Golongan Karya (Golkar) Kota Tasikmalaya sangat berpeluang mendapatkan tiket untuk maju kembali di Pilwalkot mendatang.
Sebelumnya Muhammad Yusup adalah pendamping Wali Kota Budi Budiman di periode kedua yang akan mengakhiri jabatannya pada tahun 2022 mendatang.
Beredarnya wacana Ivan Diksan akan menjadi pendamping Muhammad Yusup di Pilwalkot mendatang memang menjadi perbincangan dikalangan masyarakat.
Pengamat Politik, Dr. Maulana Janah mengatakan Pilkada Kota Tasikmalaya memang selalu menarik untuk dibahas salah satunya siapa yang akan menjadi pendamping petahana nanti.
Menurutnya, sebagai incumbent Muhammad Yusup bisa berdampingan dengan siapa saja, diantaranya yaitu Ivan Diksan. Karena magnet petahana memiliki daya tarik tersendiri bagi para calon yang akan maju di Pilkada nanti.
“Petahana (Muhammad Yusup) sebagai magnet bagi calon-calon lainnya. Incumbent bisa dengan siapa saja termasuk Ivan Diksan,” ungkap Dr. Maulana Jannah, Rabu (6/1/2021).
Dalam sejarah Kota Tasikmalaya, dia melanjutkan, Partai Golkar pernah menjadi pemenang ketika itu Wali Kota-nya Bubun Bunyamin. Kemudian periode berikutnya kursi orang nomor satu direbut PAN dan diduduki Syarif Hidayat.
“Setelah PAN berkuasa, di Pilkada berikutnya kursi Wali Kota Tasikmalaya dimenangkan PPP yaitu pada jaman Pak Budi Budiman dan sekarang kembali lagi ke Golkar yaitu Pak Yusup,” tuturnya.
Dia pun memprediksi melihat trend Kota Tasikmalaya biasanya akan muncul tiga pasangan kandidat Calon Wali Kota dan Calon Wakil Wali Kota dan diantaranya independent selalu muncul.
Hanya, kata Maulana, Golkar tidak bisa sendiri karena jumlah kursi tidak memenuhi syarat untuk mengusung pasangan kandidat. Dan biasanya memang harus terbangun koalisi Nasionalis-Islami untuk Kota Tasikmalaya.
Ketika ditanya apakah bisa kembali berkoalisi antara PPP dan Golkar. “Politik selalu dinamis. Dan Pemilihan pasangan kan biasa mempertimbangkan faktor basis masa, termasuk masalah cemistry antara dua pasangan,” jawabnya.
Dia menegaskan Politik selalu bicara kepentingan, makanya kita semua sering mendengar bahwa dalam kancah perpolitikan tidak ada pertemanan abadi yang ada adalah kepentingan.
“Seperti Pak Ivan Diksan kalau pertimbangan birokrasi bisa ya, karena beliau Jenderalnya PNS. Tapi biasanya kan politik (Kota Tasikmalaya) selalu di dominasi oleh partai yang tadi yaitu PPP, Golkar, PAN dan sekarang ada Gerindra,” pungkasnya.