Internasional, SAKATA.ID: Sekelompok Polisi Israel menyerang warga Palestina yang sedang melaksanakan salat tarawih di Masjid Al-Aqsa, Jumat malam.
Saat melakukan penyerangan, Polisi Israel melemparkan peluru karet dan granat kejut. Diarahkan ke pemuda Palestina.
Dari peristiwa tersebut, setidaknya 178 warga Palestina dan enam petugas terluka. Suasana saat kejadian di Al-Alqsa itu terlihat mencekam.
Para pemuda dan jemaah lainnya berlarian. Sebagian jemaah memilih bertahan di tempat salat. Namun diusir paksa Polisi Israel.
Melansir CNBC, bahwa bentrokan ini terjadi di tengah meningkatnya kemarahan masyarakat Palestina.
Palestina memprotes pembatasan akses yang dilakukan oleh Israel ke beberapa bagian Kota Tua selama bulan Ramadan ini.
Selain itu, protes juga disebabkan lantaran adanya perintah agar mereka meninggalkan rumah karena segera dilakukan penggusuran.
Sebagai penggantinya, setelah pengusiran warga Palestina itu, masyarakat Israel yang kemudian akan mengisi tempat tersebut.
Pemuda Palestina yang masih berusia 23 tahun Bashar Mahmoud mengatakan, para pemuda melakukan protes untuk mempertahankan rumah mereka.
Bahkan datang dsri berbagai daerah. Lantaran jika mereka tidak mendukung masyarakat maka akan semakin meluas.
Penggusuran akan datang ke rumah saya, kata dia. Dan, kepada warga Palestina yang tinggal di sini.
Akibat bentrokan ini, 88 warga Palestina mengalami terluka terkena peluru logam berlapis karet. Mereka langsung dibawa ke rumah sakit.
Infirmasi tersebut diungkapkan pihak layanan ambulans Bulan Sabit Merah Palestina.
Bahkan, salah satu korban kehilangan satu mata. Kemudian dua menderita luka di kepala yang serius. Dan dua lainnya patah rahang.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas sudah menganggap Israel bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Ia menyebut perkembangan berbahaya dan serangan berdosa yang terjadi di kota suci itu.
Ia meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar mengadakan sesi mendesak tentang masalah tersebut.
Pihak PBB juga angkat bicara, melalui Juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Rupert Colville.
Ia menekankan, agar Israel menghentikan langkahnya. Dan meminta segera menghentikan semua penggusuran paksa.
Termasuk yang terjadi di Sheikh Jarrah, kata Rupert.