Regional, SAKATA.ID: Proyek Bendungan Leuwikeris Paket 1 jebol membuat 11 alat berat tak bisa dievakuasi dan pekerjaan dihentikan sementara.
Humas Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy Rahmat Syah menjelaskan, telah terjadi hujan lebat pada Minggu (11/9).
Ia menjelaskan, curah hujan kemarin sebesar 154.00 mm. Dan ini tergolong ekstrim karena curah hujan > 150 mm. Terjadi di kabupaten Tasikmalaya di Hulu Bendungan Leuwikeris selama 4 jam.
Hujan yang terjadi pada pukul 20.00 – 22.00 WIB., tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan debit Sungai Citanduy sebesar 845.6 m3/dt. Hal tersebut berdasarkan data Pos Duga Air Cirahong Milik BBWS Citanduy.
Ia menjelaskan, berdasarkan analisis hidrologi yang telah dilakukan debit tersebut masuk dalam kategori Q200. Atau debit banjir yang terjadi selama periode 200 tahunan.
Sehingga, menyebabkan terowongan pengelak tidak mampu mengalirkan debit air yang terjadi. Lantaran debit banjir maksimum yang telah direncanakan pada terowongan pengelak adalah Q25 atau sebesar 547.18 m3/dt.
Hitungan itu, berdasarkan desain pembangunan Proyek Bendungan Leuwikeris.
Sehingga, lanjut dia, terjadi limpasan pada tanggul inlet terowongan setinggi 7.42 meter di atas terowongan pengelak. Kondisi ini menyebakan air melimpas tanggul dan masuk ke area proyek pekerjaan tubuh bendungan.
Akibatnya, aktivitas pekerjaan dihentikan sementara.
Rahmat memastikan, selama kejadian berlangsung tidak ada korban jiwa baik dari pekerja maupun operator yang bekerja pada Proyek Bendungan Leuwikeris Paket 1 itu.
Ia menjelaskan, saat ini Tim Proyek Pembangunan Bendungan Leuwikeris sudha menetapkan status tanggap darurat telah.
Merka juga telah melakukan persiapan untuk melaksnakaan penanggulanan dengan membuat jalan akses menggunakan material rockfill menuju arah hulu inlet.
Akses tersebut dibangun dari sisi Tasikmalaya ke Ciamis, kemudian dilakukan penyediaan material timbunan untuk penutupan area yang tergerus oleh limpasan banjir.
Rahmat melanjutkan, ketika tanggul sudah mulai tersambung, pihaknya akan segera menindaklanjuti dengan dewatering serta pembersihan pada area kerja bendungan.
Dengan begitu, pelaksanaan pekerjaan tubuh bendungan dapat dilakukan lagi.
Ia menyampaikan, BBWS Citanduy melalui SNVT Pembangunan Bendungan sudah melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan BMKG (Badan Metereologi Klitmatologi dan Geofisika) terkait rencana tindak lanjut dalam mitigasi potensi bencana hidrometeorologi pada tahun 2022 – 2023.