Nasional, SAKATA.ID : Pulau Jawa menjadi episentrum Covid-19. Dari total kesuluruhan positif Covid-19, 59 persen berada di Jawa.
Padahal pandemi sudah berlangsung selama enam bulan tetapi curva kasus positif secara nasional belum juga melandai.
Hingga Selasa (1/9/2020), total kasus Covid-19 di Pulau Jawa mencapai 59 persen dari angka keselurhan secara nasional.
Episentrum Covid-19, Jakarta dan Jatim
Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur (Jatim) mencatatkan jumlah paling tinggi. Masing-masing jumlahnya mencapai 41 ribu dan 34 ribu kasus positif.
Pengujian Jakarta lebih baik ketimbang Jatim. Ibu Kota sudah menguji 2,4 ribu spesimen per satu juta penduduk. Sementara Jatim hanya 294 spesimen dengan perbandingan yang sama.
Bahkan tingkat kematian akibat Covid-19 di Jatim lebih parah. Jumlahnya dua kali lipat dari Jakarta.
Sementara di Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Barat (Jabar) memiliki kondisi yang relatif sama.
Total kasus positifnya mencapai belasan ribu kasus positif Covid-19, dengan penambahan kasus di kisaran 200 kasus per hari dalam satu pekan terakhir.
Namun, rasio kematian akibat Covid-19 di Jateng tiga kali lipat dari Jabar yang hanya 2,4 persen.
Kemudian untuk data kasus paling rendah di Pulau Jawa berada di Provinsi Banten dan DI Yogyakarta. Masing-masing 2,9 ribu dan 1,4 ribu kasus positif.
Yogyakarta menguji 955 spesimen per satu juta penduduk namun Banten baru mampu menguji 230 spesimen per satu juta penduduk.
Dalam sepekan terakhir, 15-21 Agustus 2020 rata-rata penambahan kasus positif sebanyak 2.041 kasus per hari.
Data pada 22 Agustus total kasus di Indonesia sudah melewati angka 150 ribu. Dan Pulau Jawa jadi episentrum Covid-19.
Karena angka itu, menjadikan Indonesia menempati peringkat ke-23 dalam daftar negara dengan total kasus positif Covid-19 terbanyak di dunia.
Sekaligus menjadi kedua tertinggi di Asia Tenggara.
Angka itu sudah mengalahkan Tiongkok, negara pusat awal penyebaran virus.
Metode 3T
Guna mengendalikan penularan Covid-19, Pemerintah Indonesia mencanangkan tiga cara yakni testing, tracing, dan treatment (3T).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah meminta bawahannya agar lebih agresif dan masif melakukan ketiga langkah tersebut.
Hal itu dia tekankan saat menggelar rapat kabinet pada 27 Juli 2020 lalu.
Menurut KawalCOVID19, ketiga aspek tersebut bisa mengendalikan penyebaran virus, kalau dilakukan dalam proporsi yang besar dan secara bersamaan.
Jokowi mengungkapkan bahwa 3T bisa saling memperkuat. Sehingga akan menjadi percuma apabila salah satu aspeknya lemah.
Namun bagaimana efektivitas dan seberapa masif pelaksanaan 3T di tanah air? Hal ini melihat jumlah kasus Covid-19 yang terus meningkat hingga hari ini.
Direktur Umum dan Sumber Daya R.S. Universitas Andalas, Andani Eka Putra menilai testing atau uji laboratorium merupakan metode utama untuk mengetahui kasus positif di masyarakat.
Tes Masif
Menurutnya, semakin masif testing akan makin terkuak jumlah kasus positif. Dia menegaskan bahwa hal ini penting agar seluruh pemangku kepentingan dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk mencegah penyebaran.
Kendati demikian, Andani hanya menganjurkan tes usap dengan metode polymerase chain reaction (PCR) yang dipakai untuk mendiagnosis kasus positif Covid-19.
Ia menjelaskan, metode PCR lebih efektif dan akurat ketimbang jenis tes lain seperti tes cepat atau rapid test antibodi yang banyak dilakukan di sejumlah daerah.