SAKATA.ID : Sekolah Motekar memberikan penghargaan kepada Para Petani. Mereka punya cara tersendiri dalam menghargai petani yang menjadi pondasi negeri ini.
Pak Tani
Nasi putih terhidang di meja
Kita makan tiap hari
Ber-aneka macam hasil bumi
Dari manakah datangnya
Dari sawah dan ladang di sana
Petani-lah penanamnya
Panas terik tak dirasa
Hujan rintik tak mengapa
Masyarakat butuh bahan pangan
Terima kasih
Bapak tani
Terima kasih
Ibu Tani
Tugas anda sungguh mulia
”
Dari Sekolah Motekar anak ‘9o-an pasti pernah mendengar lirik lagu tersebut.
Pada saat itu, lagu Pak Tani sering muncul di sela-sela acara di TVRI.
BACA JUGA : Gunung Piramid Kembali Menelan Korban, Begini Mitos dan Mistisnya
Selain lagu Pak Tani, ada juga lagu yang berjudul nelayan dan Guru.
Lagu-lagu itu diciptakan untuk menghargai profesi-profesi kultural di Indonesia. Sebagai negara agraris dan mempunyai laut yang luas, petani, nelayan berperan besar.
Mereka penyedia kebutuhan hidup di Indonesia.
Mereka mengajarkan untuk hidup lebih mencintai alam.
Mengajarkan bagaimana kerja keras untuk menyambung kehidupan bangsa dan negara. Kerja bukan hanya untuk kepentingan pribadi.
BACA JUGA : Nama Perempuan Ini Unik, Hanya Punya Satu Huruf
BACA JUGA : Heboh, Awan Menggulung di Langit Meulaboh Aceh
Di Malam Nujuhlikuran, Minggu (28/6/2020), adik-adik kecil di Sekolah Motekar, Cibunar, Kabupaten Ciamis menyanyikan kembali lagu Pak Tani.
Para siswa Sekolah Motekar bernyanyi lagu Pak Tani di hadapan tokoh tani, petani abadi, petani muda, dan wanita tani.
Di sana, saat acara Nujuhlikuran itu, mereka yang berprofesi di bidang pertanian sangat diagung-agungkan.
Pada saat para penyelengga acara dan pemilik sekaligus pengurus duduk lesehan di acara Nujuhlikuran, keempat petani itu duduk di kursi. Diberikan kemudahan.
BACA JUGA : Naas, 23 Orang Tersambar Petir Saat Rayakan HUT Ke75 RI
BACA JUGA : Suhu Dingin Terjadi di Beberapa Daerah, Ini Penyebabnya
Setelah menyanyi, ‘dulur-dulur’ kecil kami, dari Sekolah Motekar menyalami Bapak-Ibu Tani.
“Ah ini hanya ekspresi dari kami yang Tak akan pernah bisa Melunasi “Hutang Rasa” kepada Para Petani,” ujar Deni pemilik Sekolah Warga, di Cibunar. (S-03)