SAKATA.ID:- Raja Galuh Raden Rangrangbuana pergi meninggalkan Kerajaan Galuh setelah mengetahuai permaisurinya hilang. Dia berpamitan kepada abdi dalem kerjaan.
Raden Rangrangbuana pergi meninggalkan Kerajaaan. Mereka melewati beberapa jalan lurus dan belokan, ia mulai melewati persimpangan yang membingungkan kemana arah yang harus dituju.
Setelah beberapa saat Raja melihat sobekan kain jubah yang biasa dipakainya. Setelah mendapatkan petunjuk, akhirnya Raden Rarangbuana sampai ke Kerajaan Saunggatang.
BACA JUGA : Skandal Cinta Permaisuri Raja Galuh dengan Ciptarasa
Di Raden Rarangbuana mendengar gemuruh dan hiruk pikuk didalam benteng Keraton, ia pun mencari jalan untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi.
Tetapi seluruh pintu di kunci dan sang raja Galuh hanya bisa melihat dari lobang kecil untuk meyakinkan apakah sang permaisuri dibawa ke Kerajaan Saunggatang.
“Dan ternyata apa yang dicari sang Raja Galuh itu benar, bahwa Permaisuri ada di dalam Keraton, tetapi dia tidak bisa masuk karena semua jalan di kunci dan dijaga ketat oleh penjaga,” kata Ikbal.
Maka Raden Rarasantang langsung berdoa kepada Alloh SWT dan setelah itu mendadak ia berubah menjadi seorang anak kecil berkulit hitam dan perutnya buncir (buncit).
Setelah berubah menjadi bocah buncit lalu keris yang dibawa sang Raja pun berubah menjadi sebatang nyere (lidi), setelah itu bocah tersebut mengelilingi benteng dari kejauhan.
Lalu menghampiri seorang nenek tua yang sedang menumbuk padi dari lisung, kemudian bertanya, “Nek, ada apakah di dalam benteng keraton hingga suaranya sampai terdengar keluar ?”.
Sebelum menjawab nenek ini menggumam bahwa yang didepannya bukanlah bocah sembarangan dan bukan warga sekitar Keraton Saunggatang.
“Cucuku, kalau ingin tahu didalam benteng itu sedang diadakannya perkawinan raja dengan seorang putri yang sangat cantik pemberian Raja Mataram,” jawab si nenek kepada bocah buncit.
Si nenek melanjutkan bahwa baru kali ini Raja mau menikah, karena dulu tidak ada yang sepadan dengan ketampanan raja. Kebetulan saat ini merupakan hari terakhir pesta yang ditentukan oleh sang Raja. Sudah mendengarkan jawaban dari nenek tua, bocah hitam buncit pun pergi dan mengucapkan terimakasih.
Setelah bertanya dan mendapatkan keterangan dari Nenek tua bahwa Raja Saunggatang sedang melakukan pesta pernikahan dengan Ayu Cenderawulan selama tujuh hari tujuh malam.
Raja Galuh, Raden Rarangbuana yang berubah menjadi bocah buncir (buncit) kemudian berpikir bagaimana caranya bisa mengganggu suasana didalam benteng keraton yang sedang berpesta pora.
Sejenak Ikbal Nasihin berhenti bercerita dan menyeruput air teh, setelah itu dengan penuh semangat dirinya melanjutkan cerita tentang anak buncit jelmaan Raja Galuh yaitu Raden Rarangbuana.
Raja Galuh berdoa kepada yang maha kuasa, setelah itu banyak sekali anjing-anjing yang datang dari berbagai penjuru dan berkumpul kemudian binatang tersebut berkelahi sehingga suara perkelahian mengganggu suasana di dalam keraton saunggatang.
Dikarenakan merasa terganggu, beberapa pengawal raja serta para dukun keluar dari benteng untuk melihat apa yang terjadi diluar keraton.
“Setelah sampai diluar banyak sekali anjing yang sedang diadukan oleh anak buncit, sehingga para pengawal raja dan dukun tersebut marah besar terhadap anak buncit tersebut,” tutur Ikbal.
Dikarenakan merasa terganggu, kemudian sang dukun berteriak, hai anak buncit, apa tidak tahu didalam istana sedang ada acara pernikahan raja, kamu dan anjing-anjing sangat mengganggu suasana pesta raja, anak buncit pun menjawab dengan tenangnya.
“Tuan-tuan aku sengaja mengganggu kalian, supaya tuan-tuan keluar dari dalam benteng, Aku akan berhenti mengganggu suasana pesta dan akan menjadi budak kerajaan sampai kapanpun, apabila tuan-tuan dapat mencabut 11 lidi ini,” tantang bocah bucit jelmaan Raja Galuh itu.
Karena merasa diremehkan, sang dukun menyuruh salah seorang pengawal raja untuk mencabut sebatang lidi, namun apa yang diharapkan tidak tercapai. Lidi tersebut susah untuk dicabutnya, kemudian dibantu lagi oleh para pengawal yang lain, bukan tercabut, lidi malah semakin panjang.
Tanpa disadari para pengawal yang mencabut lidi tersebut badannya lengket dan menyatu dengan tanah sehingga keluar air sedikit demi sedikit sehingga menjadi lubang dan mengeluarkan air yang cukup besar.
Dan para pengawal raja tersebut berteriak meminta tolong kepada sang dukun, lalu sang dukun pun berdoa sambil berusaha menyelamatkan orang-orang yang masuk lobang yang terus dipenuhi air.
Tetapi, semuanya tidak bisa diselamatkan bahkan sang dukun pun ikut masuk ke dalam lubang besar yang penuh dengan air dan semua orang termasuk permaisuri pun tenggelam masuk kedalam lobang dan berubah menjadi ikan.
Setelah itu lidi yang ditancapkan dicabut oleh anak buncit, maka keluarlah air semakin banyak sehingga seluruh wilayah istana kerajaan Saunggatang terendam salam sebuah danau.*