SAKATA.ID: Raja Saunggantang Raden Ciptarasa dikenal sebagai ksatria tampan sedangan Permaisuri Raja Galuh dikenal sebagai wanita tercantik di Pulau Jawa.
Dibalik legenda Situ Sanghyang terdapat kisah bagaimana mereka bertemu, bagaimana mereka saling terpikat pada pandangan pertama.
BACA JUGA: Situ Sanghyang Tasikmalaya Aset Jabar yang Terbengkalai
Cerita legenda dibalik keindahan alam Situ Sanghyang di Desa Cibalanarik Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya ini dikisahkan oleh tokoh masyarakat Ikbal Nasihin (45) yang tinggal di kawasan situ, Selasa (28/7/2020).
Legenda ini akan kami urai berdasar penutur Ikbal Nasihin secara bersambung. Karena ada bagian-bagian kisah yang sepertinya berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari keseluruhan legenda Situ Sanghyang.
BACA JUGA: Skandal Cinta Permaisuri Raja Galuh dengan Ciptarasa
Sambil menikmati kopi hitam di kediamannya Ikbal Nasihin memulai cerita dari pandangan pertama antara Raja Saunggantang yang tampan bernama Raden Ciptarasa dengan Permaisuri Raja Galuh yang cantik bernama Ayu Cindera Wulan.
Diceritakan wilayah Saunggantang pada saat itu berada dibawah kekuasaan Kerjaaan Mataram. Selepas mengikuti kumpulan bersama raja-raja bawahan Mataram di Mataram selama 40 hari, Raja Ciptarasa pulang ke Saunggantang.
Dalam perjalanan dia bertemu dengan Raja Galuh Rade Rarang Buana, yang terlambat datang ke Mataram tanpa didampingi permaisuri.
Kedua raja tersebut bertegur sapa. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan masing-masing. Lalu, Raden Ciptarasa teringat ada cerita bahwa Permaisuri Raja Galuh memiliki paras yang sangat cantik dan kecantikannya tidak tertandingi di Pulau Jawa.
Ciptarasa pun penasaran, ingin membuktikan apakah benar cerita rakyat yang menyebar itu. Dia ingin melihat secara langsung paras cantik permaisuri itu.
Ciptarasa pun mengalihkan rute dari semula ke Saunggantang, langsung menuju Kerajaan Galuh. Sesampainya di gerbang Keraton Galuh, Ciptarasa tidak bisa masuk karena penjagaan yang sangat ketat.
Dengan ilmu kanuragan yang dimilikinya, Ciptarasa berhasil membuat penjaga, pengawal dan abdi keraton Kerajaan Galuh tertidur pulas. Sehingga Ciptarasa bisa masuk dengan leluasa.
Di dalam keraton, sang permaisuri bernama Ayu Cindera Wulan terhentak kaget melihat seorang ksatria tampan di depannya.
Begitupun dengan Ciptarasa, saat melihat kecantikan Ayu Cindera Wulan bak bidadari dari kahyangan. Pandangan pertama yang sangat kuat dan berkesan dari keduanya.
“Dari pandangan pertama itu, tiba-tiba Ayu Cindera Wulan ingin mengikuti ksatria (Ciptarasa) kemanapun dia pergi. Tentu itu menjadi hal yang sangat mengejutkan buat Ciptarasa. Betapa tidak, seorang permaisuri yang amat cantik, mau mengikuti dia kemana saja dia melangkah,” kata Iksan mengisahkan.*. (bersambung…).