REGIONAL, TASIKMALAYA: Memasuki musim penghujan dan jelang akhir tahun, harga pangan khususnya daging ayam di Pasar Tradisional Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, mengalami kenaikan.
Salah seorang pedagang Suciati (48) membenarkan hal tersebut, menurutnya, sebelum musim penghujan tiba harga daging ayam mencapai Rp.24 ribu rupiah per ekor.
Kini, memasuki musim penghujan harga per ekor ayam naik Rp.2 ribu rupiah menjadi Rp.26 ribu rupiah.
Kenaikan harga terjadi beberapa hari terakhir ini berimbas pada turunnya daya beli masyarakat.
“Pembeli kami itu kalangan menengah ke bawah, yang tidak mampu membeli daging sapi. Ya belinya daging ayam, harga daging ayam malah ikut mengalami kenaikan,” katanya.
Ia mengaku bingung terhadap kenaikan harga saat ini. Kenaikan harga pun terjadi mulai dari tengkulak maupun dari supplier.
“Saya hanya mengikuti harga dari pengirim saja. Seharusnya pemerintah dan pihak terkait turun tangan untuk mengawasi permainan dari tengkulak, agar tengkulak tidak mematok harga semaunya,” tegas dia.
“Mudah-mudahan harga daging ayam kembali normal seperti biasanya. Omset penjualan pun mengalami penurunan mencapai 50 persen,” terangnya.
Salah satu konsumen Dana menilai, kenaikan harga ayam ini sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
“Saya jualan ayam krispi Pak, semenjak ada kenaikan harga ayam pelanggan saya jadi berkurang,” kata Ia kepada SAKATA.ID, Kamis (24/12/2020).
Dana menuturkan, terhadap kenaikan harga saat ini pemerintah daerah harus ikut serta mengendalikan lonjakan harga.
“Pemerintah seharusnya turut serta memantau ke bawah, jangan hanya menerima data dari para tengkulak serta dari pengusaha,” tuturnya.
Hal sama diungkapkan Yoyo pedagang ayam goreng, menurutnya, selain daya beli masyarakat semakin menurun, faktor ekonomi akibat dampak dari covid sangat terasa.
“Faktor ekonomi masyarakat berada dibawah sekarang ini, tentunya dengan kenaikan harga sangat berdampak sekali,” tukasnya.